Ps. Craig Groeschel pernah membagikan tentang kapan Daniel belajar untuk mempercayai Tuhan? Jawabannya, bukan serta-merta ketika tiba-tiba dihidangkan ke gua singa, sebab jika begitu, namanya "iman dadakan". Melainkan, dari hari demi hari di kamar doanya. Iman Daniel muncul tidak dibangun melalui pergumulan maupun pertarungan semata-mata, melainkan terus-menerus ketika ia berlutut, bersujud, dan berdoa.
Ia secara konsisten mencari dan mengetuk hati Tuhan. Hari demi hari.
Daniel 6 : 11, "Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."
Ketika Daniel mendengar tentang hal itu, pulanglah ia ke rumahnya. Kamarnya yang di tingkat atas mempunyai jendela-jendela yang menghadap ke arah Yerusalem. Dan seperti biasanya, ia berdoa kepada Allahnya dan memuji-Nya tiga kali sehari dengan berlutut di depan jendela-jendela yang terbuka itu. (BIS)
Daniel selalu berdoa kepada Allah tiga kali sehari. Tiga kali sehari ia berlutut untuk berdoa dan memuji Allah. Walaupun Daniel telah mendengar hukum yang baru itu, ia tetap pergi ke rumahnya berdoa. Daniel naik ke kamar atas di rumahnya dan membuka jendela yang menghadap ke Yerusalem. Kemudian Daniel berlutut dan berdoa seperti biasanya. (VMD)
Bagaimana dengan kita saat minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun semakin berlalu, masihkah setia serta konsisten mencari, mengutamakan, serta mengasihi Tuhan, melebihi segalanya, walaupun belum memperoleh jawaban ataupun malah ancaman sepertinya sudah semakin dekat di depan mata?
Sebab, sepertinya masih banyak dari antara kita yang mungkin tidak menjadi konsisten, terutama dalam hubungan pribadi kita dengan Dia? Kita pun hanya berdoa saat merasa perlu atau ada masalah.
Ps. Craig Groeschel melanjutkan, bukanlah apa yang kita lakukan sesekali saja yang akan membuat perbedaan, melainkan apa yang kita lakukan secara konsisten.
Daniel tidak gentar ataupun berdampak pada kebiasaannya berdoa. Meski ada bahaya, ia tidak membiarkan dirinya terhalangi oleh apa pun untuk memanjatkan permohonan kepada Allah. Demikian juga kita, jangan biarkan apa pun menyebabkan mengabaikan jam-jam doa maupun saat-saat teduh pribadi setiap hari.
Jika godaan serta cobaan saja secara "konsisten" mencobai, maka bukankah seharusnya kita yang lebih konsisten daripada itu semua untuk dekat dengan Tuhan dan hidup dalam hadirat-Nya sepanjang waktu?
Kejadian 39 : 10, "Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia."
Jadi, meskipun hari demi hari dia memujuk Yusuf namun Yusuf tidak mengendahkan pujukannya untuk tidur di sisinya, ataupun sekadar bersama-samanya. (AVB)
Tetapi dari hari ke hari perempuan itu terus-menerus merayu dia, walaupun Yusuf menolak dan sedapat mungkin menjauhkan diri daripadanya. (FAYH)
Lukas 4 : 13, "Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik."
Setelah selesai mencobai Yesus dengan berbagai pencobaan, Iblis pun pergi meninggalkan-Nya untuk menunggu kesempatan yang lebih baik. (AMD)
That completed the testing. The Devil retreated temporarily, lying in wait for another opportunity. (MSG)
~ FG