Kita tahu arti legal ialah sesuai peraturan perundang-undangan atau hukum. Sedangkan, legalitas adalah perihal atau keadaan sah, dan keabsahan. Nah, bagaimana dengan legalisme?
Walau artinya sendiri tidak ada pada penjabaran oleh kamus, terutama Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, tetapi dalam makna rohani secara singkat merupakan hal harus begini dan begitu untuk sekadar memperoleh perkenanan dan berkat-Nya, ataupun supaya menghindari amarah serta penghukuman-Nya.
Sah-sah saja menginginkan berkat Allah maupun menjaga hidup agar tidak menyakiti hati Allah, namun jika hanya lahir dari legalisme ataupun tanpa hubungan pribadi yang sejati, dan keakraban yang tulus dengan-Nya, maka agaknya percuma saja.
Filipi 3 : 9 (BIS), "Dan betul-betul bersatu dengan Dia. Hubungan yang baik dengan Allah tidak lagi saya usahakan sendiri dengan jalan taat kepada hukum agama. Sekarang saya mempunyai hubungan yang baik dengan Allah, karena saya percaya kepada Kristus. Jadi, hubungan yang baik itu datang dari Allah, dan berdasarkan percaya kepada Yesus Kristus."
Semoga aku ditemukan dalam Dia, bukan karena jasa atau kebenaranku sendiri yang didasarkan pada pelaksanaan Hukum Taurat, tetapi dalam kebenaran yang berasal dari iman kepada Kristus, kebenaran yang diberikan oleh Allah berdasarkan pada iman akan Kristus Yesus. (KSKK)
Menjadi satu dengan Dia. Saya tidak lagi menggantungkan keselamatan saya pada perbuatan baik atau ketaatan kepada hukum Allah, melainkan kepada kepercayaan bahwa Kristus menyelamatkan saya, sebab Allah membenarkan kita di hadapan hadirat-Nya atas dasar iman kita, yaitu berharap hanya kepada Kristus saja. (FAYH)
Bayangkan, seorang anak kecil ataupun yang beranjak remaja tanpa memiliki hubungan akrab dengan bapa atau orangtuanya, dan yang ada hanya ketegangan, ketakutan, serta kerenggangan atau kurang erat. Bapa di surga pun tentu tak mau kita seperti itu dengan-Nya, bukan? Melainkan penuh sukacita, pengharapan, dan keakraban dengan-Nya setiap hari.
Filipi 3 : 3 (VMD), "Kitalah orang bersunat dalam arti yang sesungguhnya. Kita menyembah Allah melalui Roh-Nya dan kita bermegah dalam Kristus Yesus. Kita tidak menaruh kepercayaan kepada diri sendiri atau kepada yang kita lakukan."
Sebab bukannya pengeratan tubuh kita yang menjadikan kita anak-anak Allah, melainkan penyembahan kepada Dia dengan roh kita. Itulah satu-satunya "khitan" yang benar. Kita orang Kristen bersukacita karena hal-hal yang dilakukan oleh Kristus Yesus untuk kita dan kita sadar bahwa kita tidak mampu menyelamatkan diri sendiri. (FAYH)
Those people think that they are God's people because someone has circumcised them. But we, not they, are truly God's people, whether or not someone has circumcised us. God's Spirit enables us to worship God; we praise Christ Jesus because he has enabled us to become the people of God. We do not believe that God will consider/make us his people as a result of what someone has done to our bodies. (DEIBLER)
Jadi, intinya, legalisme adalah lebih mempercayai atau menaruh percaya pada apa yang dapat kita lakukan dan perbuat bagi Allah, daripada sungguh-sungguh mempercayakan diri pada apa yang telah Tuhan Yesus perbuat bagi kita—yakni menebus dosa-dosa kita di kayu salib. Kita "menyalibkan diri" pada peraturan-peraturan semata-mata demi memperoleh kelayakan di hadapan-Nya, dan bukannya bersandar pada anugerah serta belas kasih-Nya.
Dan setiap kali menjadi seseorang yang mengandalkan legalisme, kita cenderung akan mudah menghakimi orang-orang lain. Lupa bahwa kita pun mungkin pernah, ataupun sedang, dalam posisi mereka juga.
Lukas 7 : 47 (TSI), "Oleh karena itu, Aku berkata kepadamu bahwa dosa-dosanya—yang begitu banyak, sudah diampuni. Dan itulah sebabnya dengan cara yang begitu luar biasa dia menunjukkan kasihnya terhadap Aku. Tetapi orang yang diampuni dari dosanya yang sedikit, sedikit juga mengasihi."
Wanita ini menunjukkan kasih yang besar, karena banyak sekali dosanya yang sudah diampuni. Tetapi, orang yang diampuni sedikit, menunjukkan kasih yang sedikit juga. (BSD)
Karena itu, dosanya yang banyak telah diampunkan, karena ia sangat mengasihi Aku. Tetapi orang yang menerima pengampunan sedikit, sedikit pula kasih yang ditunjukkannya. (FAYH)
Jadi, sudahkah mengucap, "I love You, Lord," aku mengasihi-Mu Tuhan, bahkan benak kita tertuju kepada-Nya pertama kali sebelum menarik napas ketika terbangun di pagi hari ?
~ FG