Masih terkait menghakimi orang lain. Dan kita pun bisa belajar dari siapa pun, bukan?
Ada sebuah lagu ciptaan penyanyi dangdut, H. Rhoma Irama, yang berjudul Ghibah. Ini keren loh! Kenapa? Karena ada bagian liriknya yang berbunyi:
Mengapa kau suka membukakan aib sesama
Ke sana ke mari kau cerita keburukannya
Semut yang di seberang lautan jelas kelihatan
Tapi gajah di pelupuk mata tiada kelihatan
Janganlah kau sibuk mencari kelemahan orang
Periksa dirimu masih adakah kekurangan
Semut yang di seberang lautan jelas kelihatan
Tapi gajah di pelupuk mata tiada kelihatan
Hampir mirip yang kita baca kemarin dalam Lukas 4:21 versi Terjemahan Sederhana Indonesia, "… Kamu seolah melihat kuman di seberang lautan, tetapi gajah di pelupuk matamu tidak kamu lihat."
Ataupun Matius 7:3, "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?"
Why do you stare from without at the very small particle that is in your brother's eye but do not become aware of and consider the beam of timber that is in your own eye? (AMP)
It's easy to see a smudge on your neighbor's face and be oblivious to the ugly sneer on your own. (MSG)
Balok itu besar dan tebal. Selumbar itu kecil dan tipis. Kita diingatkan, kalau masih ada kekurangan dan kesalahan yang mungkin besar pada kita, janganlah terlalu "sibuk" menyalahkan, menghakimi, mencari-cari kelemahan orang lain yang mungkin lebih kecil. Dengan menyadari kekurangan diri sendiri terlebih dulu, kita akan dimampukan untuk berempati, dan menerima pemahaman yang lebih baik terhadap keadaan, kebutuhan, dan kekurangan orang lain.
Peribahasa Jawa pun ada yang mengungkapkan, "Ngiloa githokmu!" Artinya, cobalah bercermin atau melihat tengkuk atau leher bagian belakang kepala kita. Hal yang mustahil dilakukan sekalipun memakai cermin, dan mungkin memerlukan bantuan cermin yang lain, dalam hal ini orang lain untuk memberitahu maupun melakukannya. Dengan kata lain, kita semua saling membutuhkan.
Karena itu, daripada selalu menghakimi, beranilah untuk melihat dan mengakui kebaikan maupun kelebihan orang lain. Dengan sadar bahwa di mata kita masih terdapat "balok", sementara di mata orang lain hanyalah selumbar, itu juga berarti bahwa orang lain sebetulnya lebih baik daripada kita. Maka, akuilah kebaikannya, dan bersyukurlah dengan apa yang masih ada pada kita.
Bagaimana kita bisa bersikap jujur dan tulus menyadari ada balok di mata kita, dan menyingkirkannya, lalu mengakui kebaikan orang lain? Salah satu jawabannya adalah dengan terus-menerus mengolah ketenangan batin kita.
Jadi, yuk terus belajar untuk introspeksi diri supaya kita konsisten menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
1 Petrus 2:23 (BSD), "Orang mencaci maki Dia, tetapi Ia tidak membalas dengan caci maki. Ia sangat menderita, tetapi Ia tidak mengancam orang yang menyebabkan Ia menderita. Ia hanya menyerahkan semua itu kepada Allah. Ia tahu, Allah adalah hakim yang adil."
When He was reviled and insulted, He did not revile or offer insult in return; [when] He was abused and suffered, He made no threats [of vengeance]; but he trusted [Himself and everything] to Him Who judges fairly. (AMP)
They called him every name in the book and he said nothing back. He suffered in silence, content to let God set things right. (MSG)
~ Yoseph 'Ocep' Anwar