Suatu hari, seorang petani yang membawa pulang sebuah perangkap tikus ke rumah.
Tikus pun yang melihatnya kaget karena petani itu membawa pulang perangkap baginya.
Tikus pun berlari kepada ayam dan meminta tolong, "Tolong dong, petani bawa perangkap tikus." Ayam menjawab, "Maaf, tapi perangkap tikus tidak ada pengaruhnya bagiku." Lalu, tikus mencoba berlari kepada domba, "Tolong, petani membeli perangkap bagiku." Domba juga membalas yang sama dengan ayam.
Akhirnya, tikus berlari kepada sapi dan bertanya, "Maukah engkau menolongku?" Tetapi, sapi merasa perangkap itu tidak berbahaya atau ada pengaruhnya baginya jadi menganggap bukan menjadi urusannya. Tikus merasa bersedih.
Beberapa hari kemudian, istri si petani sedang sakit dan ingin makan daging. Lalu, petani berkata, "Istriku harus makan daging nih." Tikus mendengarnya, dan hendak menyampaikannya ke ayam, domba, maupun sapi, namun setelah mengingat ketidakbaikan mereka, tikus mengurungkan niatnya. Alhasil, ayam, domba, serta sapi pun berakhir di sop daging.
Masihkah kita memiliki kerinduan hati untuk menolong orang lain?
Galatia 6:2 (TSI), "Hendaklah kita semua saling menolong untuk meringankan beban saudara-saudari seiman yang mengalami kelemahan atau kesusahan. Dengan begitu kita menaati Hukum Kasih yang Kristus berikan."
Bear (endure, carry) one another's burdens and troublesome moral faults, and in this way fulfill and observe perfectly the law of Christ (the Messiah) and complete what is lacking [in your obedience to it]. (AMP)
When there are ones who have problems, you should help each other. By doing that, you will complete what Christ requires. (DEIBLER)
Matius 7:12 (BSD), "Apa yang kalian ingin supaya orang lain lakukan kepadamu, lakukanlah itu kepada mereka. Itulah yang dimaksudkan oleh hukum Musa dan ajaran nabi-nabi."
Here is a simple, rule-of-thumb guide for behavior: Ask yourself what you want people to do for you, then grab the initiative and do it for them. Add up God's Law and Prophets and this is what you get. (MSG)
~ FG