Apa yang menempati posisi terutama di hati kita—apakah uang, materi, posisi, prestasi, kekhawatiran, ketidaksabaran, serta hal-hal lainnya? Siapakah yang bertakhta di dalamnya? Apakah Raja di atas segala raja, yaitu Tuhan Yesus, ataukah justru sering kali diri sendiri ataupun kehendak jahat yang kita turuti?
Takhta sendiri ialah tempat yang indah sebagai tempat duduk raja yang memiliki kuasa, wibawa, serta berhak untuk menguasai.
Jadi, jika setiap kali Tuhan Yesus ingin supaya kita memilih dan melakukan sesuatu, tetapi malah menolak dan berbuat sebaliknya, maka bukan Dia yang berkuasa dan bertakhta di hati kita.
Salah satu tantangan terbesar menjadi orang Kristen adalah belajar menyangkal diri dan kehendak sendiri tidak lagi menduduki takhta hati. Mintalah Tuhan menolong serta mengingatkan kita. Sebab tidak seorang pun dapat menerima Yesus sebagai Juruselamat tanpa menerima-Nya sebagai Tuhan dan Raja atas hidupnya. Pilihan antara menyangkal diri dan hidup bagi Dia, atau hidup demi keinginan serta kepentingan diri sendiri, harus ditentukan setiap hari yang akan menentukan kehidupan kita.
Menerima dan memanggil Dia sebagai Tuhan pun artinya bukan sekadar pengakuan lahiriah, melainkan lebih pada sikap hati yang sungguh-sungguh, mengizinkan Dia serta firman-Nya berkuasa—di rumah, gereja, keuangan, pendidikan, kesenangan, pekerjaan, dan dalam segala bidang hidup kita.
Selamat hari raya Kenaikan Tuhan Yesus Kristus. Kiranya Ia senantiasa bertahkta di hati kita.
Matius 16 : 15, "Lalu Yesus bertanya kepada mereka : 'Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?'"
"Tetapi, menurut kalian sendiri, siapakah Aku ini?" tanya Yesus. (BSD)
He pressed them, "And how about you? Who do you say I am?" (MSG)
~ FG