Putra kami, Jhesua Caleb meski masih berusia enam tahun, dapat mencoba menyatakan suatu situasi atau keadaan, baik dirinya maupun alasan lain, sebelum mengajukan sesuatu yang ia inginkan ataupun butuhkan. Dengan kata lain, ia tidak akan meminta secara langsung, melainkan terlebih dahulu mau mengambil hati kami orangtua, papa dan mamanya.
Amsal 11 : 30, "Hasil orang benar adalah pohon kehidupan, dan siapa bijak, mengambil hati orang."
Hasil orang benar ialah pokok hayat, dan orang yang bijaksana, pandai mengambil hati orang. (AVB)
Meski ada sejumlah referensi tentang ayat di atas terkait mengambil hati orang, namun dalam hal ini apakah kita sungguh-sungguh menjadi bijak juga untuk melakukannya? Sebab mungkin banyak orang yang tidak mau melihat situasi, langsung mengutarakan apa pun kepentingan serta keperluannya, dan hanya memikirkan diri sendiri.
Bagaimana dengan kita? Seringkah hanya langsung mengajukan permintaan dan permohonan kita, dan bukannya mengambil hati orang terlebih dahulu?
John Wycliffe pun menyatakan, orang bijak mengambil hati teman-teman. Sementara itu, Matthew Henry pernah berkata, orang bijak bagaikan pohon pengetahuan. Siapa bijak, dengan menyampaikan kebijaksanaannya, mengambil hati orang, memenangkan hati mereka sehingga mengasihi Allah serta kekudusan, dan dengan demikian berhasil mengajak mereka ikut dalam kepentingan-kepentingan kerajaan Allah. Menuntun banyak orang pada kebenaran itu sama dengan memenangkan jiwa. Jika ingin memenangkan jiwa, maka perlu memiliki kebijakan untuk mengetahui cara berurusan dengan mereka, dan saat berhasil memenangkan jiwa, itu menunjukkan bahwa mereka bijak.
"Leaders touch a heart before they ask for a hand" (Pemimpin yang sejati akan menyentuh hati orang lain lebih dulu sebelum meminta suatu pertolongan ataupun mengajak untuk mengerjakan sesuatu). ~ John Calvin Maxwell
~ FG