Penyebab utama kita biasanya merespons dengan cara salah, terutama terhadap tindakan-tindakan dari orang lain ialah adanya rasa diri tidak layak di dalam hati kita. Setidaknya, itulah menurut Dr. John C. Maxwell yang mengatakan, akar terdalam dari segala tindakan seseorang—lebih daripada sifat rendah hati yang semu, egoisme ataupun kesombongan—adalah rasa diri tidak layak.
Masa lalu pun, terutama terkait rasa tertolak, juga sangat dapat mempengaruhi cara kita menjalin persahabatan maupun persepsi kita. Lalu, alih-alih mencoba membangun hubungan yang sehat, kita berupaya menghindari penolakan yang mungkin akan terjadi dari membangun relasi dengan orang-orang.
Nah, bagaimana dengan kita saat ini, apakah masih memiliki rasa takut tertolak? Jika ya, kita akan menjadi seseorang yang selalu ingin menyenangkan semua orang. Padahal, sebenarnya kita tidak bisa demikian. Oh, andaikan segala upaya kita untuk berbuat itu kita lakukan untuk menyenangkan hati Tuhan saja!
Karena itu, tanganilah rasa tertolak ataupun merasa diri tidak layak ini. Izinkan Roh Kudus menolong dan mengubah cara kita berpikir, bertindak maupun bersikap. Sebab, akan selalu saja ada orang-orang yang mungkin tidak menyukai. Meskipun begitu, kita mesti belajar menerima, menghargai dan mengasihi mereka apa adanya, sebagaimana Allah menyambut, mengampuni, serta mengasihi kita. Sebab kita ini anak-anak-Nya.
Efesus 1 : 5 (FAYH), "Sejak semula Allah telah merencanakan untuk mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya dengan mengutus Yesus Kristus untuk mati bagi kita. Dan hal ini dilakukan-Nya atas kemauan-Nya sendiri!"
His unchanging plan has always been to adopt us into his own family by bringing us to himself through Jesus Christ. And this gave him great pleasure. (NLT)
~ FG