Efesus 4 : 27, "Dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis."
Leave no [such] room or foothold for the devil [give no opportunity to him]. (AMP)
Ketika meminum sebuah minuman jus kemasan, terasa ada yang janggal dan menempel di lidah saya. Saat mencoba memeriksanya, ternyata terdapat serpihan-serpihan seperti bahan plastik atau akrilik, ataupun yang saya khawatirkan adalah terbuat dari kaca! Awalnya, saya mengira itu semua merupakan gula pasir, tetapi setelah memastikannya, rupanya bukan karena tidak bisa mengurai.
Sempat kecewa dan berpikir bagaimana sampai bisa bahan-bahan kecil-kecil seperti itu dapat masuk ke dalam kemasan air jus tersebut. Walau mungkin bukan dengan unsur kesengajaan, namun sebaiknya dibutuhkan ketelitian serta kehati-hatian lebih lagi dalam mengemas maupun menyiapkan produk apa pun. Sebab, kecenderungan kita ialah menyepelekan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dalam jangka waktu tertentu.
Sambil berharap dan berdoa supaya tidak terjadi sesuatu yang membahayakan oleh karena telah terminum seperlima bagian dari minuman tersebut, Tuhan pun mengingatkan, "Jika kamu saja tidak mau mengizinkan serpih-serpih kecil plastik tersebut memasuki tubuhmu karena sangat tidak baik dan dapat berbahaya, mengapa kadang kamu malah sengaja membiarkan dan membuka celah-celah bagi Iblis untuk jatuh dalam dosa?"
Tentu kita tidak menginginkan ada benda-benda asing yang berbahaya atau tidak diperlukan untuk masuk ke dalam tubuh atau diri kita, bukan? Tetapi, mengapa memang sepertinya sering kali kita justru membiarkan hal-hal yang lebih berbahaya daripada itu semua untuk menerobos dan menetap di dalam pikiran, hati serta hidup kita? Dan jika seperti demikian terus-menerus, bukankah akan lebih buruk ketimbang "sekadar" mengalami seperti yang saya alami di atas tadi?
Kiranya kita mau memilih apa yang baik, dan memohon pertolongan Roh Kudus untuk menolong kita melakukan apa yang benar. Jauhilah segala bentuk kejahatan, dan jagalah kekudusan.
1 Korintus 3 : 16, "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?"
Do you not discern and understand that you [the whole church at Corinth] are God's temple (His sanctuary), and that God's Spirit has His permanent dwelling in you [to be at home in you, collectively as a church and also individually]? (AMP)
1 Korintus 6 : 19 (BSD), "Apakah kalian tidak tahu, bahwa tubuhmu adalah tempat tinggal Roh Allah? Ia berdiam di dalam kalian dan diberikan kepadamu oleh Allah. Jadi, Saudara bukan kepunyaan Saudara sendiri, melainkan kepunyaan Allah."
Or didn't you realize that your body is a sacred place, the place of the Holy Spirit? Don't you see that you can't live however you please, squandering what God paid such a high price for? The physical part of you is not some piece of property belonging to the spiritual part of you. (MSG)
~ FG