Di era Gold Rush ataupun Gold Fever, yaitu masa perburuan serta penemuan banyak logam mulia berupa emas di daerah tertentu di benua Amerika, terdengar buah bibir bahwa seorang pria pernah menjual seluruh harta benda miliknya demi beralih profesi menjadi pencari atau pendulang emas.
Ia pun lantas membeli berbagai peralatan untuk menggali maupun lainnya demi menemukan bongkahan-bongkahan emas. Terutama, setelah menerima kabar bahwa di suatu lokasi dipercaya merupakan sumber daya emas, maka ia pun beranjak ke sana dan memulai pencarian.
Berbulan-bulan menggali dan mencari, namun tak kunjung berbuahkan apa pun. Akhirnya ia menyerah begitu saja, bahkan menguburkan dan meninggalkan semua peralatan berharganya di tempat terakhir ia melakukan penggalian.
Setelah tahun demi tahun berlalu, sebuah perusahaan berdiri di sana serta mengadakan ekskavasi maupun penambangan. Perusahaan itu pun berhasil menemukan lokasi sumber daya emas. Yang mengejutkan, hampir satu meter dari penemuan galian tersebut, juga ditemukan sejumlah peralatan yang diketahui merupakan bekas milik pria pencari emas tadi. Sayang sekali, hanya karena tidak memiliki kemantapan hati untuk tetap berjuang dan bertahan sampai berhasil menemukan, lantas ia pasrah dan menyerah begitu saja.
Bagaimana kita hari-hari ini? Apalagi dalam perlombaan iman? Terlebih di masa-masa pandemi saat ini. Meski suasana sepertinya keruh serta banyak hal yang masih tidak pasti di depan, tetaplah berjalan dan berjuang bersama Tuhan sampai Ia mendapati kita setia.
Arahkanlah pandangan kita hanya kepada Tuhan Yesus sebagai Teladan utama dalam penyerahan diri kepada Allah Bapa maupun kehendak-Nya agar kita dimampukan, dikuatkan, dihibur dan ditolong mengatasi berbagai pencobaan maupun penderitaan yang ada, serta untuk mengerjakan dan menyelesaikan apa pun tugas yang Allah percayakan bagi kita masing-masing.
Ibrani 12 : 2, "Hendaklah pandangan kita tertuju kepada Yesus, sebab Dialah yang membangkitkan iman kita dan memeliharanya dari permulaan sampai akhir. Yesus tahan menderita di kayu salib! Ia tidak peduli bahwa mati di kayu salib itu adalah suatu hal yang memalukan. Ia hanya ingat akan kegembiraan yang akan dirasakan-Nya kemudian. Sekarang Ia duduk di sebelah kanan takhta Allah dan memerintah bersama dengan Dia."
Kita harus melihat kepada Yesus, sebab Dialah yang membuat kita percaya. Dan Dia juga yang menjaga supaya kita tetap percaya dari permulaan sampai akhir. Yesus tahan menderita di kayu salib. Menurut orang-orang, mati di kayu salib adalah suatu hal yang memalukan. Tetapi, Yesus rela mati di kayu salib, karena Ia hanya ingat bahwa nanti Ia akan gembira. Dan sekarang Yesus ada di tempat Allah. Di situ Ia memerintah bersama dengan Allah. (BSD)
Arahkanlah pandangan Saudara kepada Yesus, Pemimpin dan Pelatih kita. Ia telah rela mengalami kematian yang hina di kayu salib, karena Ia tahu bahwa kelak akan ada sukacita bagi-Nya; dan sekarang Ia duduk di tempat kemuliaan di sebelah kanan takhta Allah. (FAYH)
"Most people fail at whatever they attempt because of an undecided heart. Should I or should I not? Should I go forward or go back? The undecided heart searches for an escape. A committed heart does not wait for conditions to be exactly right. Conditions are never exactly right. To wait, to wonder, to doubt, to be indecisive is to disobey God. I must have a decided heart"
(Pada umumnya, banyak orang gagal pada banyak hal yang mereka lalukan karena hati yang bimbang. Harus atau tidak? Maju terus atau mundur? Hati yang bimbang atau tidak bisa memutuskan sesuatu akan selalu mencari-cari pelarian. Sementara itu, hati yang berkomitmen tidak menunggu kondisi yang tepat. Sangat jarang sekali ada kondisi yang benar-benar tepat. Berleha-leha, meragukan, dan tidak bisa menentukan sering kali berarti sama halnya tidak menaati Allah. Karena itu, saya mesti memiliki hati yang teguh, apa pun yang terjadi.) ~ Andy Andrews, The Traveler's Gift
~ FG