Bersyukurlah, atau mengucap syukur. Mungkin terdengar klise. Suatu perkataan maupun ajakan yang mungkin sering kita dengar. Serta terasa biasa saja, tidak "greget" lagi. Namun, kenyataannya memang sesungguhnya selalu masih ada yang bisa kita syukuri.
Seorang fisikawan serta peraih penghargaan Nobel, Dr. Arthur Compton, pernah berkata tentang Kolose 1:17.
"Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia."
Beliau melanjutkan, "Bagi saya sendiri, iman dimulai dari kesadaran bahwa sesuatu yang memiliki inteligen tertinggi menjadikan jagat raya ini dan menciptakan manusia. Tidak sulit bagi saya meyakini itu karena sangat gamblang bahwa di mana ada rancangan, di sana ada sesuatu berinteligen yang ilahi. Jagat raya yang terbuka dan teratur menjadi saksi kebenaran tentang pernyataan teragung yang pernah diucapkan, 'Pada mulanya Allah.'"
Dengan kata lain, jika Dia menciptakan dan merancang alam semesta, tentu Ia pun peduli terhadap setiap perkara yang terjadi dalam kehidupan kita masing-masing.
Allah turut—ada andil-Nya serta ada bagian kita—bekerja dalam segala hal demi kebaikan kita yang mengasihi Dia serta terpanggil sesuai rencana-Nya. Karena itu, berharap dan bersyukurlah kepada Allah! Apa pun yang terjadi. Sebab ucapan syukur adalah salah satu bentuk sikap yang terus berpaut pada firman dan kehendak Allah.
Bersyukur bukan karena terjadi masalah, terkena penyakit ataupun lain-lainnya, melainkan meski berada di tengah semua pergumulan itu, kita masih dapat tetap bersyukur karena memiliki Allah yang hidup dan senantiasa menolong. Itulah yang membedakan kita dengan orang-orang yang hidup secara duniawi.
Justru saat mengalami berbagai masalah yang sepertinya dapat membuat kita untuk tidak mengucap syukur, kita mempraktikkan dan menumbuhkan iman. Mari, jangan menjadi pribadi-pribadi yang berhenti mengucap syukur. Tetaplah kuat dalam Dia.
"There's no such thing as a bad day when there's a doorknob on the inside of the door" (Tidaklah ada hari-hari yang buruk bila masih ada hal-hal kecil maupun baik dalam diri yang masih bisa kita syukuri). ~ Paul Galanti
~ FG