Hari ini kita akan sama-sama menyimak serta menyadari, betapa krusial atau pentingnya menjaga keselamatan dan merawat pertumbuhan maupun mengawasi perjalanan iman kerohanian kita.
Ibrani 3 : 12 (BIS), "Saudara-saudara, hati-hatilah jangan sampai ada di antaramu seorang yang hatinya begitu jahat dan tidak beriman, sehingga ia berbalik dan menjauhi Allah yang hidup!"
Oleh karena itu, Saudara sekalian yang saya kasihi, jagalah supaya hati Saudara jangan menjadi jahat dan tidak percaya, sehingga menjauhkan Saudara dari Allah yang hidup. (FAYH)
Lihatlah, hati kita dapat menjadi durjana, kita pun berpikiran jahat, bahkan murtad sehingga menjauh dari Allah yang hidup (Allah yang hidup!) dan tidak percaya ataupun beriman kepada-Nya.
Terutama oleh karena dosalah yang membuat kita begitu mengeraskan hati. Dosa yang meski terlihat semarak, namun penuh tipu daya.
Seperti halnya orang Israel yang telah diselamatkan Tuhan untuk keluar dari perbudakan Mesir, namun karena kebebalan serta ketidaktaatan mereka di padang gurun, akhirnya mereka gagal memasuki Tanah Perjanjian yang disediakan Tuhan dan dimurkai oleh-Nya. Kita pun akan demikian apabila tidak berhati-hati, sebab sekalipun mampu dan meyakini mendengar suara-Nya, tetapi dapat gagal memasuki perhentian Allah di kerajaan surga bila terus-menerus tidak taat dan memilih mengeraskan hati.
Ibrani 3 : 16 (BSD), "Siapakah orang-orang yang sudah mendengar suara Allah, tetapi tetap melawan-Nya? Mereka itu orang-orang yang dipimpin oleh Musa keluar dari tanah Mesir, bukan?"
Siapakah orang-orang yang saya bicarakan ini, yang mendengar suara Allah, tetapi kemudian memberontak terhadap Dia? Mereka adalah bangsa yang keluar dari Tanah Mesir di bawah pimpinan Musa. (FAYH)
Jika kita mengabaikan suara-Nya, hati kita akan menjadi makin keras dan tak bersedia untuk tunduk sehingga tiada lagi memprioritaskan firman Allah maupun alpa peka terhadap tuntunan serta peringatan Roh Kudus.
Orang-orang Israel pun pernah mengalami kuasa penebusan Allah, melihat dan mengalami sendiri karya-Nya yang luar biasa dalam hidup mereka, namun tidak mau taat serta enggan mempercayai janji-Nya ataupun mengindahkan perintah-Nya. Mari mengingat, pengalaman kasih mula-mula dengan Allah tidak akan menjadi jaminan mutlak apabila kita tidak bertekun dalam iman, lalu mengabaikan satu-satunya sumber hidup kita, yaitu kasih karunia, kemurahan, serta kehadiran Allah, Allah yang hidup.
Ibrani 3 : 18 – 19 (TSI), "Lalu siapakah yang dimaksudkan Allah waktu Dia bersumpah, "Mereka tidak akan pernah memasuki negeri tenang yang Aku sudah siapkan bagi mereka." Ya, mereka yang menolak taat kepada-Nya. Jadi, sudah jelas bahwa nenek moyang kita itu tidak diizinkan masuk ke negeri itu karena mereka menolak untuk percaya kepada Allah."
Kepada siapakah Allah berbicara, ketika Ia bersumpah bahwa mereka tidak akan memasuki tanah yang telah dijanjikan-Nya kepada umat-Nya? Ia berbicara kepada semua orang yang tidak taat kepada-Nya. Mengapa mereka tidak dapat masuk? Sebab mereka tidak beriman kepada-Nya. (FAYH)
~ FG