Amsal 12 : 16, "Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga, tetapi bijak, yang mengabaikan cemooh."
Kalau orang bodoh tersinggung, saat itu juga ia menyatakan sakit hatinya; tapi orang bijaksana tidak peduli bila dicela. (BIS)
Penguasaan diri bukanlah sekadar berbicara soal menahan amarah, melainkan juga dalam banyak hal lainnya seperti terhadap hawa nafsu, rasa haus ataupun lapar, menanggapi pujian maupun kritikan, dan lain-lain.
Mengendalikan dan menguasai diri akan menolong kita supaya menjadi lebih bersikap tenang, bijak dalam bertindak, serta dapat berpikir secara jernih saat menghadapi sesuatu yang terasa mengusik maupun terjadi di luar rencana dan yang kita inginkan.
Di atas segalanya, jagalah hati kita serta percaya bahwa Tuhan yang menyertai dan membela kita sebagai orang percaya, anak-anak-Nya yang mau hidup saleh serta hanya mengandalkan Dia.
2 Timotius 4 : 5 (BIS), "Meskipun demikian, engkau harus menguasai dirimu dalam keadaan bagaimanapun juga. Tabahlah dalam penderitaan, laksanakanlah tugasmu sebagai pemberita Kabar Baik itu dan jalankanlah dengan sebaik-baiknya kewajibanmu sebagai pelayan Allah."
Hendaklah engkau senantiasa sadar dan berjaga-jaga terhadap segala bahaya tersebut. Jangan takut menderita bagi Tuhan. Bimbinglah orang-orang lain kepada Kristus. Laksanakanlah segala tugas kewajibanmu. (FAYH)
Galatia 5 : 22 – 23 (TSI), "Tetapi kalau Roh Kudus memimpin hidup kita akan terbukti melalui kita saling mengasihi, bersukacita, hidup damai, sabar dalam kesusahan, bermurah hati, menolong sesama, menepati janji, lemah lembut, dan bisa menguasai diri sendiri. Memang, hal-hal seperti itu tidak dilarang dalam Hukum Taurat!"
But when the Holy Spirit controls our lives, he will produce this kind of fruit in us: love, joy, peace, patience, kindness, goodness, faithfulness, gentleness, and self–control. Here there is no conflict with the law. (NLT)
~ FG