Lukas 22 : 24, "Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka."
Pengikut-pengikut Yesus bertengkar mengenai siapa dari antara mereka yang akan dianggap paling penting. (BSD)
Sebagian besar orang suka berdebat, berselisih paham, bahkan bersifat membangkang dan memberontak. Sebagian lainnya mungkin masih senang menganggap diri sendiri lebih baik, lebih benar, lebih penting daripada orang-orang lain. Hal itu pulalah yang pernah terjadi di antara para murid-murid-Nya.
Bagaimana dengan kita hari-hari ini? Apakah sama juga ataukah mau menganggap yang lain lebih penting dan utama daripada diri sendiri? Kemarin pun kita telah belajar bukan mengejar sekadar kehormatan dalam hidup ini, melainkan kekudusan.
Hari ini pun kita diingatkan, lebih merendahkan hati serta menganggap yang satu lebih penting daripada diri sendiri. Mungkin—serta pasti—susah, butuh latihan, praktik nyata dan perjuangan melakukannya. Namun, sangatlah berarti bagi kita.
Catatan Full Life pun mengingatkan, kebesaran sejati menyangkut roh dalam batin serta hati. Sifat itu terlihat dalam hidup seseorang yang menampakkan kasihnya bagi Kristus dalam kerendahan hati yang tulus, kerinduan melayani Allah dan sesama, maupun kerelaan dipandang sebagai yang paling tidak penting di kerajaan Allah.
Selanjutnya, kebesaran bukanlah posisi, jabatan, kepemimpinan, kuasa, pengaruh, gelar pendidikan, ketenaran, kemampuan atau prestasi dan keberhasilan yang besar. Itu bukanlah apa yang semata-mata kita kerjakan bagi Allah, tetapi keadaan rohani kita di hadapan Dia.
Kebesaran sejati menuntut agar kita jadi besar dalam hal-hal benar. Belajarlah menjadi besar dalam iman, kerendahhatian, watak yang saleh, hikmat, penguasaan diri, kesabaran, dan kasih. Kebesaran sejati menyangkut kasih yang sepenuh hati dan penyerahan diri pada Allah. Itu menuntut untuk terus mengabdi dan setia di manapun Allah menempatkan kita. Karenanya, dalam pandangan Allah, yang terbesar di kerajaan-Nya adalah mereka yang memiliki kasih terbesar bagi Dia serta komitmen pada firman yang dinyatakan.
Pengabdian diri akan meningkatkan hasil-hasil kita dalam pekerjaan Allah, namun hanya pada tempat di mana Allah telah menempatkan dan dalam lingkungan karunia-karunia yang sudah diberikan-Nya pada kita.
Galatia 5 : 26 TSI, "Janganlah kita menjadi sombong dan berkata dalam hati kita, 'Saya lebih baik dari saudara-saudari seiman yang lain.' Atau berkata secara langsung, 'Saya lebih baik di mata TUHAN daripada kamu!' Janganlah kita iri hati dengan berpikir, 'Saudara seiman saya itu sudah menjadi lebih hebat dari saya dalam jemaat.'"
That means we will not compare ourselves with each other as if one of us were better and another worse. We have far more interesting things to do with our lives. Each of us is an original. (MSG)
~ FG