Ayub 1 : 1 (BIS), "Di tanah Us tinggallah seorang laki-laki yang bernama Ayub. Ia menyembah Allah dan setia kepada-Nya. Ia orang yang baik budi dan tidak berbuat kejahatan sedikit pun."
Sesungguhnya, siapakah yang dapat dan mau menjadi seperti Ayub sekarang-sekarang ini, yang hidup saleh, jujur, berbakti pada Allah, mengasihi keluarga dan menjauhi kejahatan. Sekalipun ia memiliki semua karakter yang baik itu, nyatanya tak menjamin tidak akan mengalami penderitaan ataupun suatu pergumulan yang sangat-sangat berat dalam hidup ini. Namun, bagaimana dan apa saja tanggapan Ayub terhadap apa pun yang menimpanya tersebut?
Menurut penyusun The Maxwell Leadership Bible, Dr. John C. Maxwell, ada empat hal yang Ayub lakukan untuk menanggapi secara benar:
Maka berdirilah Ayub, lalu ia merobek jubahnya dan mencukur kepalanya sebagai tanda berdukacita. Kemudian ia sujud menyembah Allah. "Dengan telanjang, tanpa membawa apa-apa, aku keluar dari rahim ibuku," katanya, "dan bila aku mati, aku pun tidak akan membawa apa-apa. TUHAN yang memberikan segala-galanya kepadaku dan Ia berhak mengambilnya kembali. Terpujilah nama TUHAN." (Ayub 1:20-21, FAYH)
Ujilah diri Saudara. Apakah Saudara benar-benar orang Kristen? Apakah Saudara lulus dalam ujian itu? Apakah Saudara makin lama makin merasakan kehadiran dan kuasa Kristus di dalam Saudara? Atau apakah Saudara hanya berpura-pura saja menjadi orang Kristen, padahal sebenarnya Allah sudah menolak Saudara? (2 Kor. 13:5, FAYH)
After GOD had finished addressing Job, he turned to Eliphaz the Temanite and said, "I've had it with you and your two friends. I'm fed up! You haven't been honest either with me or about me--not the way my friend Job has." (Ayub 42:7, MSG)
Sekalipun Allah akan mencabut nyawaku, aku akan tetap mempercayakan diriku kepada-Nya; aku hendak menghadap Allah untuk mengadukan perkaraku kepada-Nya. (Ayub 13:15, FAYH)
~ FG