Sehari yang lalu, kita telah membahas tentang menjadi saluran berkat atau semacam corong ilahi bagi orang lain. Nah, kali ini kita akan membaca salah satu analogi atau cerita lagi.
Suatu hari, seorang arsitek mendatangi lokasi proyek pembangunan di dekat pantai, dan alangkah terkejutnya ketika melihat hasil bangunan yang ada, tampaklah sebuah sumur lebar agak mendalam, dengan adanya cahaya lampu yang berputar-putar di bagian paling bawah.
Sontak, ia bertanya kepada beberapa pekerja di sana apa yang telah mereka perbuat, dan mereka menjawab bahwa mendirikan bangunan yang menyerupai sumur serta memiliki lampu memutar di dalamnya.
"Sini, mana coba lihat blueprint-nya," pinta sang arsitek.
Setelah mereka mengambilkan dan menunjukkan kepadanya, arsitek tersebut membalik posisi gambar rancang bangun itu dari bawah ke atas. "Apa yang kalian bangun ini?!" tanyanya.
Seharusnya mereka bukan membuat atau membangun sumur, melainkan sebuah mercusuar! Mercusuar sendiri merupakan menara yang dibangun di pantai ataupun pulau kecil di tengah laut, daerah berbatu karang dan sebagainya guna memancarkan sinar isyarat waktu malam untuk membantu navigasi atau pelayaran kapal yang memerlukan.
Sekalipun hanyalah analogi atau cerita pendek, namun mengandung kebenaran, yakni sering kali banyak orang melakukan berbagai hal salah ataupun tidak hidup sesuai panggilan dan rancangan Tuhan bagi kehidupan mereka. Kita pun mungkin tidak mau mendengarkan Dia dan hanya melakukan apa yang menjadi keinginan diri sendiri. Janganlah seperti itu, tetapi marilah kita belajar berserah sepenuhnya pada kehendak Allah yang sempurna atas kita masing-masing.
Efesus 1 : 4 (FAYH), "Lama sebelum Allah menciptakan dunia, Allah memilih kita untuk menjadi milik-Nya sendiri karena apa yang akan dilakukan Kristus bagi kita. Ia memutuskan untuk menjadikan kita kudus dalam pandangan-Nya, tanpa satu kesalahan pun -- kita yang berdiri di hadapan-Nya di dalam kasih-Nya."
~ FG