Tanpa embel-embel, siapakah jati diri kita yang sebenarnya? Tanpa posisi, jabatan ataupun materi, bahkan status, mau menjadi seperti apakah kita? Akankah kita benar-benar memiliki kasih, mempraktikkan kebenaran, dan melakukan kebaikan?
Apakah kita memilih seperti orang Lewi, ataupun imam, atau seorang Samaria baik hati dalam perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus tentang seseorang yang terjatuh ke tangan penyamun-penyamun?
Lukas 10 : 36 – 37, "Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Sekalipun tanpa embel apa pun, semoga kita sungguh-sungguh mengasihi dan menghidupi semua yang kita yakini.
"Kamu mengenal sifat Timotius. Ia telah melayani bersama aku dalam memberitakan Kabar Baik seperti seorang anak yang melayani ayahnya." (Filipi 2:22 VMD)
"But what happens when we live God's way? He brings gifts into our lives, much the same way that fruit appears in an orchard—things like affection for others, exuberance about life, serenity. We develop a willingness to stick with things, a sense of compassion in the heart, and a conviction that a basic holiness permeates things and people. We find ourselves involved in loyal commitments, not needing to force our way in life, able to marshal and direct our energies wisely." ~ Galatia 5:22-23 MSG
(Apa yang terjadi saat kita hidup dalam jalan Tuhan? Dia memberi kita karunia-karunia sebanyak kebun yang berbuah lebat—mengasihi orang lain, bergairah akan hidup, ketenangan batin. Terbangun juga keinginan mengerjakan sesuatu sampai selesai, belas kasih dalam hati maupun keyakinan bahwa kekudusan sanggup memengaruhi banyak hal serta menyentuh hati orang lain. Kita pun akan melibatkan diri dalam persekutuan yang tulus, tanpa memaksakan kehendak diri dalam hidup ini, lalu mampu mengerahkan & mengarahkan daya kita secara bijak)
~ FG