Sewaktu mengikuti seminar di kota Bandung beberapa tahun yang lalu, seorang pembicaranya pernah mengatakan sebuah ilustrasi menarik, yakni jangan jadi seperti tukang roti yang kelaparan. Dengan kata lain, cenderung kita ingin memberi atau menjanjikan sesuatu yang sebenarnya tidak kita miliki dan tak sanggup tepati, ataupun mengajarkan hal-hal yang kita sendiri belumlah melakukannya terlebih dulu.
Atau ibarat juga menjadi penjual penumbuh rambut yang kepalanya saja tidak berambut, ataupun dokter gigi yang kurang menjaga kebersihan dan memerhatikan kesehatan giginya.
Bicara soal "tukang roti yang lapar", nah terkadang bahkan tersering kali saya ingin menyerah dalam penulisan renungan, merasa tidak kuat sebab betapa beratnya menulis setiap hari. Saya ingin menguatkan orang-orang lain, tetapi dari mana saya akan mendapat kekuatan yang selalu baru? Saya mungkin tak setangguh Suzanne Beecher, Stephen dan Brooksyne Weber, ataupun Rick Warren yang sanggup tiap hari. Mereka pun akan menyerah apabila tanpa komitmen, visi hidup, serta bantuan yang dari Tuhan.
Mari sama-sama belajar menaruh harap pada Tuhan saja. Dia tidak pernah menjadi lesu. Berharap kepada-Nya pun berarti memercayakan seluruh kehidupan kita pada-Nya dan memandang Ia sebagai Sumber pertolongan serta kasih karunia. Jika kita berharap ke Tuhan, kekuatan-Nya memperbarui kita ketika di tengah kelelahan, kelemahan, penderitaan maupun pencobaan. Allah berjanji, saat kita mau sabar mengandalkan dan menantikan Dia, maka Ia akan menyediakan apa yang perlu untuk senantiasa menopang kita.
Apakah engkau tidak tahu? Apakah engkau tidak mendengar bahwa TUHAN ialah Allah yang kekal, Pencipta bumi dari ujung ke ujung? Ia tidak pernah menjadi letih atau lesu. Tidak seorang pun dapat mengukur betapa dalam pengertian-Nya. (Yesaya 40:28, FAYH)
Mereka yang percaya kepada TUHAN menjadi kuat lagi seperti rajawali yang baru tumbuh bulunya. Mereka berlari dan tidak lemah. Mereka berjalan dan tidak lelah. (Yesaya 40:31, VMD)
~ FG