Seorang hamba Tuhan pernah bercerita tentang misionaris yang pergi ke pulau nun jauh di sana, serta berhasil memenangkan jiwa salah seorang penduduk setempat. Namun, suatu hari kemudian, orang-orang lain menyiksa petobat baru tersebut hingga wafat.
Bertahun-tahun berlalu, misionaris itu sendiri pun meninggal dunia dan berjumpa dengan Tuhan di surga maupun orang yang ditobatkannya semasa hidupnya tadi. Kala itu, beliau menanyakan pada mantan penduduk setempat itu, "Apa yang engkau rasakan ketika mengalami siksaan seperti itu oleh orang-orang di desamu?"
Sambil tersenyum, ia hanya menjawab, "Sesungguhnya, saya tidak merasakan apa pun atau dapat mengingat sesuatu saat itu, Pak."
Walau mungkin hanya sebuah kisah, namun mengandung kebenaran di dalamnya, yaitu betapa sukarnya terkadang bagi kita untuk sungguh-sungguh mengampuni. Banyak orang mungkin melakukan berbagai hal yang membuat kita sakit hati ataupun kecewa. Namun, mau dan mampukah kita mengampuni mereka, seperti halnya Tuhan sering kali mengampuni kita?
Matius 18 : 22 (BSD), "Yesus menjawab, 'Jangan sampai tujuh kali saja, tetapi sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Berarti kau harus terus-menerus mengampuni dia setiap kali dia bersalah kepadamu.'"
Berhati-hatilah, sebab seseorang yang masih begitu terluka hatinya dan tidak belajar memberi pengampunan, maka kemungkinan besar ia pun akan cenderung menyakiti hati orang-orang lain.
"Betapa bahagianya orang yang diperlakukan tidak adil karena melakukan yang benar. Kerajaan Allah adalah miliknya." (Matius 5:10, VMD)
"O Lord, the only thing most of us know about sacrifice is how to spell the word" (Ya Allah, tolonglah kami, sebab sering kali kami hanya mudah menyatakan pengurbanan maupun pengampunan, tanpa benar-benar melakukannya ketika diperlukan). ~ Jacob Stam
~ FG