Matius 19 : 21 – 22, 23 (FAYH), "Yesus berkata, 'Jika engkau ingin menjadi sempurna, pergi dan juallah semua milikmu dan sedekahkan uangmu kepada fakir miskin, maka engkau akan mendapat harta di surga. Kemudian ikutlah Aku.' Tetapi ketika pemuda itu mendengar perkataan Yesus, pergilah ia dengan sedih, karena ia kaya raya … 'Sekali lagi Aku katakan: lebih mudah seekor unta melalui 'lubang jarum' daripada orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.'"
Bukankah hidup ini terdiri juga dari pertukaran-pertukaran?
Sejak awal, Adam dan Hawa (Kej. 3 : 1 – 8) menukarkan kepercayaan yang seharusnya pada Allah, menjadi kepada kebohongan Iblis. Ataupun, Ananias dan Safira (Kis. 5 : 1 – 11) yang lebih memilih loba daripada menjadi jujur.
Demikian pula dalam bacaan kita di atas, orang muda yang kaya raya tersebut tidak rela menukarkan harta duniawinya demi harta di surga, yaitu kehidupan yang kekal serta mengikut dan melayani Yesus. Tuhan mengetahui dan menguji titik terlemah dalam hidupnya, yaitu kekayaannya. Ia tidak bersedia mengutamakan Allah di atas segalanya.
Lantas, bukan berarti semua orang yang percaya pada-Nya mestilah menjual semua kepunyaannya, sebab masihlah memerlukan untuk memenuhi kebutuhan bagi keluarga maupun orang lain, namun kita harus bersedia menyerahkan apa saja yang diminta oleh-Nya.
Bagaimana dengan kita saat ini? Barter atau pertukaran seperti apakah yang akan kita lakukan? Akankah kita memilih kedagingan ataukah menaati tuntunan Roh? Yakinkah kita telah menukar demi sesuatu yang baik serta selayaknya kita pilih hari ini?
~ FG