Apakah Allah pilih kasih?
Kegundahan memang sering timbul ketika mencoba memakai kata-kata, logika semata ataupun pendapat manusia untuk menjabarkan Allah, walau kita masih dapat menyatakan pengenalan kita terhadap-Nya oleh karena Ia layak dikenal.
Jika ada sifat-sifat, misalnya dari orangtua yang terlihat pilih kasih atau menunjukkan sikap favorit terhadap anak tertentu, perlakukan berat sebelah, lebih menyayangi yang satu daripada lainnya, dan itu mungkin wajar-wajar saja serta maklum, tidaklah demikian dengan-Nya.
Pilih kasih sendiri berarti perbuatan memihak atau menganak-emaskan, memandang bulu atau muka ataupun sekadar penampilan luar. Sehingga kerap kali, jika hanya melihat tampilan seseorang, kita cenderung menghargai serta menaruh hormat pada orang-orang yang berduit maupun berposisi, lebih daripada yang belum berkesempatan memiliki hal-hal itu.
Jika kita pun memandang muka berarti memberi perhatian khusus terhadap orang tertentu berdasar kemampuan, keadaan atau kedudukannya, hal tersebut tidaklah menyenangkan Allah, sebab tidak didorong oleh kasih yang murni untuk semua orang, tidak menunjukkan sikap adil, ataupun sebenarnya hanya condong untuk mengeruk keuntungan pribadi.
Allah tidak pernah pilih kasih berdasarkan keturunan, reputasi, kedudukan ataupun prestasi. Ia melihat dan menilai batin, dan hati-Nya disenangkan oleh orang-orang yang sungguh-sungguh berpaling kepada-Nya.
Roma 2 : 11 (AYT), "Sebab, Allah tidak pilih kasih."
Being a Jew won't give you an automatic stamp of approval. God pays no attention to what others say (or what you think) about you. He makes up his own mind. (MSG)
Ia mengasihi seluruh manusia sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan mereka dari dosa. Bukankahkah mentari pun bersinar untuk semua orang, yang jahat maupun baik. Allah sendiri tentu berotoritas memberkati siapa pun yang dikehendaki-Nya.
Roma 9 : 15 – 16 (BSD), "Kalau Aku ingin berbelas kasihan kepada seseorang, Aku akan berbelas kasihan kepadanya. Dan kalau Aku ingin baik hati kepada seseorang, Aku akan berbaik hati kepadanya. Jadi, kalau Allah memilih seseorang, Allah melakukan itu bukan karena apa yang orang itu inginkan atau lakukan, tetapi hanya karena Allah mau menunjukkan belas kasihan-Nya kepada orang itu."
Akan tetapi, Ia mengamati sikap hidup dan ketaatan kita. Umat yang setia, taat, menghormati Dia, serta tetap teguh dalam iman, mendapat perkenanan, penyertaan dan penyediaan Tuhan. Contoh teladan iman seperti Abraham, Daud, Petrus, atau Paulus pun menyenangkan hati Tuhan bukan karena kemampuan, melainkan kesetiaan serta kemauan untuk menggunakan apa pun yang telah Ia karuniakan demi kemuliaan nama-Nya. Jadi, Ia mengasihi umat-Nya, namun Ia pun menghargai bagaimana kita hidup.
1 Samuel 2 : 30 b, "Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah."
Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap. (Ulangan 10:17)
~ FG