Yohanes 10 : 11, "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya."
I am the Good Shepherd. The Good Shepherd puts the sheep before himself, sacrifices himself if necessary. (MSG)
I am like a good shepherd. A good shepherd is willing to die to save the sheep. Similarly, I am ready to sacrifice myself to save those who belong to me. (DEIBLER)
Seorang gembala domba di Timur Tengah era dulu, rela mati bagi kawanan ternaknya yang ia gembalakan karena harus melindungi dari bahaya, tetapi bukan secara sengaja ataupun kesadaran sepenuhnya.
Dalam perumpamaan tentang gembala, Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia adalah gembala yang baik. Tuhan Yesus bukan cuma rela, tetapi dengan sengaja atau sadar mengorbankan nyawa-Nya. Kematian-Nya bukanlah suatu kecelakaan, melainkan tujuan-Nya.
Orang-orang Farisi yang menentang-Nya berdalih, merekalah gembala-gembala sejati, sementara Ia hanyalah penyesat karena tidak diutus, karena itu orang lain harus ikut menentang Dia. Tetapi, Tuhan Yesus mengajarkan siapakah gembala yang sejati dan palsu, serta membiarkan mereka menerka tergolong yang mana. Gembala yang melayani sekadar untuk mencari nafkah ataupun kehormatan diri pun termasuk seperti orang upahan.
Tuhan Yesuslah Gembala yang sejati, agung dan utama. Gembala terbaik di atas segala gembala. Tak seorang pun secakap, sesetia serta selembut Dia. Tiada pemelihara, pemimpin, pelindung dan pemulih jiwa seperti-Nya. Menuliskan ini pun mungkin terasa sangat kurang sebab Ia pasti terlebih daripada sekadar tulisan ini. Karena sekarang kita belum mengenal-Nya secara sempurna, namun kelak kita akan mengenal Dia secara langsung, sebagaimana saat ini kita dikenal oleh-Nya (1 Kor. 13:12).
Dia tidak seperti gembala pandir (Zak. 11:17) atau sembrono. Dia baik, begitu baik sehingga merelakan nyawa-Nya bagi manusia yang berlumur dosa. Karena itu, kehidupan yang benar dan berkelimpahan hanya datang melalui kematian-Nya.
Gembala yang sejati memperhatikan umat atau jemaatnya; gembala yang palsu hanya memikirkan kedudukan dan kepentingannya sendiri. Orang-orang yang tidak mementingkan kebaikan gereja, dan semata-mata menjadikannya sebagai ladang keuntungan mereka, tidak akan bertahan lama dalam bersikap setia terhadapnya. Ingat, orang-orang yang lebih mengutamakan keselamatan sendiri daripada kewajibannya akan menjadi samsak empuk godaan Iblis.
"Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri." (Kisah Para Rasul 20:28)
~ FG