"Alia vitia pugnando, sola libido fugiendo vincitur," tutur peribahasa Latin ataupun ujar bapa-bapa gereja awal dahulu. Artinya, perbuatan-perbuatan buruk lain dapat dikalahkan dengan pertempuran, tetapi yang ini hanya dapat dikalahkan dengan cara melarikan diri.
Perbuatan apa? Dosa percabulan.
Zig Ziglar pernah menyatakan, dengan menyaksikan tayangan-tayangan yang merendahkan, melecehkan orang lain, maka secara langsung maupun tidak, dan sadari ataupun tidak, sebenarnya juga mengarah langsung ke kita dan memengaruhi supaya melakukan ataupun merasakan hal yang sama.
Memilih terjatuh dalam percabulan tersebut menimbulkan konsekuensi rasa bersalah karena merupakan dosa terhadap tubuh sendiri, sehingga sering kali merasa tidak enak pula dengan diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Rasul Paulus pun mengingatkan jemaat di Korintus yang telah bertobat dan percaya pada Tuhan Yesus tentang niat hati maupun kebiasaan mereka yang tetap sangat menyukai dosa percabulan. Sebab hal itu ibarat merampok Allah secara habis-habisan yang menebus mereka, dan tiada hal yang berpotensi merusak banyak hubungan dan persekutuan terhormat "seampuh" dosa percabulan. Jadi, berhati-hatilah.
Roma 6 : 19 (TSI), "Contoh-contoh saya tadi sangat sederhana, karena lebih mudah bagi kita yang mempunyai kelemahan manusia untuk mengerti prinsip rohani ini. Dahulu kita memberikan anggota tubuh kita menjadi budak dosa dan kejahatan, sehingga kita hidup hanya untuk kejahatan. Tetapi sebaliknya sekarang, kita harus memberikan diri kita menjadi hamba Allah yang selalu berusaha melakukan yang benar sesuai dengan kemauan-Nya. Sekarang kita hidup hanya bagi Allah saja."
Saya berkata-kata dengan memakai perumpamaan tentang hamba dan tuan supaya mudah dipahami: seperti halnya Saudara dahulu menjadi hamba segala macam dosa, sekarang Saudara harus menjadi hamba segala sesuatu yang benar dan suci. (FAYH)
Jagalah agar tubuh kita layaknya menjadi perkakas yang berkenan digunakan oleh Allah untuk melayani serta menghormati Dia. Dan jauhkanlah diri terus-menerus dari percabulan maupun dosa-dosa lainnya, ataupun terutama perzinaan di dalam hati.
Kejadian 39 : 10 (Shellabear), "Jadi, meskipun ia membujuk Yusuf hari demi hari, Yusuf tidak mau mendengarkan bujukannya untuk tidur di sisinya, bahkan sekadar untuk menyertainya."
Tetapi dari hari ke hari perempuan itu terus-menerus merayu dia, walaupun Yusuf menolak dan sedapat mungkin menjauhkan diri daripadanya. (FAYH)
1 Korintus 6 : 16 (FAYH), "Apakah Saudara tidak tahu bahwa jika seseorang mempersatukan diri dengan pelacur, maka pelacur itu menjadi bagiannya dan ia menjadi bagian dari pelacur itu? Sebab Allah menyatakan dalam Firman-Nya bahwa dalam pandangan-Nya kedua orang itu menjadi satu daging."
There's more to sex than mere skin on skin. Sex is as much spiritual mystery as physical fact. As written in Scripture, "The two become one." (MSG)
~ FG