Pada peringatan Jumat Agung yang lalu, Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo membagikan sepuluh tahapan penderitaan maupun cara kematian Tuhan Yesus hingga di kayu salib:
- Tuhan Yesus berdoa di taman Getsemani kepada Bapa dalam keadaan takut sampai peluh-Nya menetes seperti titik-titik darah. Malaikat pun turun menguatkan Dia. Tuhan Yesus berdoa ke Bapa, "Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin biarlah cawan ini lalu daripada-Ku tetapi jangan seperti yang Kukehendaki melainkan seperti yang Kaukehendaki."
- Tuhan Yesus lalu ditangkap. Ia mengalami bermacam-macam tuduhan. Diludahi, muka-Nya ditinju, dipukul, tetapi Tuhan Yesus tidak membalas.
- Ia dibelenggu dan diadili. Sewaktu Pilatus mengadili, tidak didapati kesalahan yang membuat Tuhan Yesus patut dihukum mati. Tetapi, orang-orang Yahudi terus berteriak-teriak supaya Ia dihukum mati, disalibkan. Akhirnya, Pilatus menyerahkan-Nya untuk disalib.
- Ia dicambuk. Proses awal penyaliban adalah jubah-Nya dibuka dan dihukum cambuk. Dua algojo bergantian menghujam cambuk yang ujungnya terbuat dari potongan-potongan tulang serta besi tajam ke punggung Tuhan. Tiap kali cambuk dihujamkan, itu menimbulkan luka yang dalam. Tuhan Yesus berteriak kesakitan. Darah-Nya bercucuran sehingga Ia bermandikan darah.
- Kepala-Nya diberi mahkota duri. Duri ditancap ke kepala-Nya dengan cara dipukul. Pasti sakit luar biasa dan darah bercucuran.
- Ia disuruh memikul salib. Dalam kesakitan, berlumuran darah, ditambah semalaman tidak tidur, Ia harus memikul salib-Nya dan jatuh bangun karena tidak kuat.
- Tangan dan kaki-Nya dipaku sampai darah bercucuran.
- Ia digantung di atas kayu salib. Ia menderita secara lahir batin. Rasa sakit di sekujur tubuh-Nya, sesak karena cairan yang menekan jantung-Nya. Semua orang berlalu-lalang, ahli-ahli Taurat, tua-tua, imam-imam menghujat-Nya, bahkan salah seorang penjahat di sebelah-Nya ikut menghujat.
- Ia merasakan ditinggalkan oleh Bapa. Sekitar jam 12 siang sampai 3 petang, tiba-tiba langit sekitar Golgota menjadi gelap. Tuhan Yesus gelisah dan berteriak, "Eli, Eli, lama sabakhtani? Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Ia merasa ditinggalkan Bapa-Nya. Inilah puncak penderitaan-Nya. Penderitaan lainnya tidak sebanding dengan merasa ditinggal oleh Bapa.
- Ia berkata, "Sudah selesai! Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Lalu Tuhan Yesus mati.
Tuhan Yesus harus mati dengan cara demikian untuk menebus serta mengampuni dosa kita. Selain itu, dengan cara mati seperti itu, Alkitab menyatakan, penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, penderitaan kita yang dipikul-Nya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita disembuhkan.
1 Petrus 2 : 24 (BIS), "Kristus sendiri memikul dosa-dosa kita pada diri-Nya di atas kayu salib, supaya kita bebas dari kekuasaan dosa, dan hidup menurut kemauan Allah. Luka-luka Kristuslah yang menyembuhkan kalian."
Ia sendiri menanggung dosa kita di dalam tubuh-Nya, ketika Ia mati di kayu salib; sehingga kita dapat berhenti berdosa dan mulai sekarang kita dapat hidup baik, sebab kita telah disembuhkan oleh luka-luka-Nya. (FAYH)
Puji Dia, karena Tuhan Yesus bangkit dan hidup. Ia telah memikul hukuman agar kita dapat dilepaskan dari kelemahan dan penyakit serta dosa-dosa kita. Ia menanggung hukuman yang seharusnya kita terima, karena itu kita dapat diampuni dan berdamai dengan Allah.
Full Life mencatat, tujuan dari kematian-Nya yang menggantikan kita adalah agar kita dapat dipisahkan sama sekali dari kesalahan, kuasa, dan pengaruh dosa. Melalui kematian-Nya, Kristus melenyapkan kesalahan kita dan hukuman bagi dosa kita, membuka jalan hingga kita pantas untuk kembali pada Allah serta menerima kasih karunia untuk hidup benar di hadapan-Nya.
Selamat merayakan hari Paskah! Haleluya, Tuhan Yesus hidup.
~ FG