Marilah akui, kita cenderung lebih suka kehormatan dari manusia, daripada kehormatan dari Allah, bukan? Semoga saya salah. Namun, hampir sering kali saya pribadi seperti demikian. Condong mengharapkan menerima hormat yang terlihat dari orang-orang, ketimbang bersabar serta menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah saja yang kerap bekerja di balik layar.
Kehormatan merupakan sesuatu yang baik, sangat baik. Bayangkan, bila kita disematkan medali penghargaan dari negara ataupun pemerintah, tentu suatu kebanggaan dan alangkah bisa menjadi teladan bagi banyak orang.
Namun, seharusnya kerinduan utama kita ialah hanya kehormatan dari Allah. Mungkin kita tidak atau belum mendapat rasa hormat tersebut dari dunia saat ini, tetapi suatu kelak jika kita tetap setia mengikut, mengasihi, mengutamakan dan melayani Dia melalui apa pun yang kita kerjakan, niscaya kita akan menerima kehormatan yang tak sebanding dengan yang dari siapa pun.
Jangan menyerupai para pembesar yang akhirnya percaya pada-Nya, namun malu mengakui Dia oleh sebab takut kehilangan kehormatan yang dari manusia.
Yohanes 12 : 42 – 43, "Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah."
Mereka lebih suka manusia menghargai mereka daripada Allah menghargai mereka. (BSD)
Kalau orang malu mengakui bahwa dia adalah pengikut-Ku, dan malu melakukan apa yang Kuajarkan kepadanya, maka nanti apabila Aku, Anak Manusia, datang lagi ke dunia ini, Aku juga akan malu mengakui bahwa orang itu adalah pengikut-Ku. Pada waktu itu, Aku akan datang dengan keagungan yang gilang-gemilang, yaitu keagungan yang ada pada Bapa di surga dan pada malaikat-malaikat-Nya yang suci! (Lukas 9:26, BSD)
Jika pun memiliki segala-galanya, tetapi tanpa Dia, itu semua tidaklah ada artinya. Namun, sekalipun kita hanya memiliki Tuhan Yesus Kristus, itu lebih berarti daripada segala-galanya.
~ FG