Bahkan di masa akhir hidup-Nya, Tuhan Yesus masih mengkhawatirkan, mencemaskan, memikirkan kelangsungan hidup ibu-Nya.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" (Yohanes 19:26)
Walau lebih mudah diteorikan, namun mungkin sukar diterapkan, tetapi sebaiknya hal itu sudah dapat menjadi pedoman atau teladan bagi kita untuk memerhatikan kehidupan serta kesejahteraan setiap anggota keluarga, terutama yang seatap dengan kita. Membantu keluarga yang memerlukan pertolongan merupakan kewajiban yang luhur. Pun seorang anak yang telah dewasa mempunyai tanggung jawab terhadap orangtua yang membutuhkan bantuan.
Menurut Dave Hagelberg, Tuhan Yesus dalam Pribadi-Nya sebagai manusia tidaklah memikirkan diri-Nya sendiri, Dia memikirkan kepentingan orang lain, terutama pada waktu itu ibu-Nya. Kiranya peristiwa tersebut menegur kita supaya memperhatikan keadaan dan kebutuhan orangtua, serta tidak mencari-cari alasan sangat-sangat sibuk melayani Tuhan Yesus.
Lalu Dia berkata lagi kepada saya, "Dia itulah ibumu!" Jadi mulai hari itu saya membawa ibu Yesus tinggal di rumah saya. (Yohanes 19:27, TSI)
Konon, Yohanes menjaga kehidupan Maria sampai pada hari wafatnya, kemudian Yohanes pindah ke wilayah Efesus untuk memulai pelayanan bagi jemaat.
1 Timotius 5 : 8 (FAYH), "Tetapi siapa pun yang tidak mau memelihara sanak saudaranya sendiri yang membutuhkan bantuan, lebih-lebih mereka yang tinggal serumah, jangan sekali-kali menyebut diri orang Kristen. Orang seperti itu lebih buruk daripada orang yang tidak beriman."
Orang harus menjaga semua keluarganya. Dan yang terpenting, ia harus menjaga keluarga dekatnya sendiri. Jika orang tidak melakukan hal itu, berarti ia tidak menerima iman yang benar. Mereka lebih buruk daripada orang yang tidak percaya. (VMD)
He replied, "My mother and brothers are the ones who hear and do God's Word. Obedience is thicker than blood." ~ Lukas 8:21 MSG
~ FG