Malas... Mungkin kata ini sering kita dengar. Atau terngiang-ngiang di benak. Ataupun kita justru yang disebut sebagai seorang yang pemalas?!
Nah, benarkah kita orang yang malas, sering menunda-nunda ataupun berlambat-lambat dalam melakukan sesuatu yang seharusnya kita kerjakan? Apa yang menyebabkan kita menjadi atau memilih seperti itu?
Kata 'malas' seperti yang digunakan dalam Perjanjian Baru untuk kata aslinya dari bahasa Yunani adalah oknērós yang berarti penundaan, lambat atau terlambat, ataupun bermalas-malasan. Kata itu pun mengandung makna mengecilkan atau meremehkan diri sendiri ataupun takut-takut serta ragu-ragu untuk terlibat mengerjakan sesuatu yang berharga dan mungkin karena kurang semangat, daya atau ambisi yang baik.
"Dengan bermalas-malas takkan tercapai yang diidamkan; dengan bekerja keras orang mendapat kekayaan." (Ams. 12:27, BIS)
Memang bukan berarti harus terus-menerus terlihat sedang bekerja apabila tidak ingin dicap sebagai pemalas, sebab kita pun memerlukan istirahat atau bersantai sejenak. Namun, apakah kita cenderung untuk malas?
Bahkan, pertanyaannya: pernahkah kita renungkan dan berpikir untuk melakukan—ataupun setidaknya mencoba berbuat—sesuatu yang besar untuk-Nya? Tak ada orang yang setia pada Tuhan, yang pemalas. Mereka pasti berbuat sesuatu, berusaha atau bertindak yang baik. Jika tidak, bagaimana mungkin mereka disebut sebagai orang yang setia. Bahkan, kesetiaan berarti bermultiplikasi atau melipatgandakan apa pun yang Ia percayakan pada kita. John Bevere pernah berkata, "No true follower of Jesus wants to be identified as lazy. I certainly don't, and I'm sure you don't either" (Pasti tak satu pun pengikut Kristus yang ingin dianggap sebagai seorang pemalas. Saya tidak mau, dan saya yakin Anda pun tidak)!
"Tetapi tuannya menjawab, 'Hai, hamba yang jahat dan malas! Engkau tahu bahwa aku akan mengambil keuntunganmu.'" (Mat. 25:26, FAYH)
But his lord in answer said to him, You are a bad and unready servant; if you had knowledge that I get in grain where I did not put seed, and make profits for which I have done no work. (Tetapi tuannya berkata kepadanya, "Kamu adalah hamba yang jahat dan tidak siap; jika kamu tahu bahwa aku memperoleh hasil panen di mana aku tidak menanam benih, dan mendapat keuntungan dari yang tidak aku kerjakan.) (BBE)
The master was furious. 'That's a terrible way to live! It's criminal to live cautiously like that! If you knew I was after the best, why did you do less than the least?' (Tuannya sangat murka. "Itu cara yang sangat buruk untuk hidup! Bahkan itu sangat jahat dengan bermalas-malasan seperti itu! Nah, kalaulah mau tahu aku sangat ingin yang terbaik, kenapa kamu melakukan sesuatu yang sangat buruk?) (MSG)
(FG)