Rasul Paulus mengakhiri pasal 5 dari surat Galatia dengan sebuah peringatan akan kesombongan dan kedengkian ataupun iri hati. Ia memperingatkan, jangan mencari respek atau kehormatan yang sia-sia atau mengharapkan penghargaan dan tepuk tangan yang tidak semestinya dari manusia.
Sebab selama perilaku itu masih ada, akan mudah bagi kita untuk meremehkan dan merendahkan orang-orang lain yang kita anggap lebih rendah. Ataupun, kecewa serta kesal saat tidak memperoleh penghormatan atau penghargaan yang kita rasa berhak menerimanya. Kemudian, juga iri kepada orang-orang yang kita pikir lebih hebat.
"Dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki." (Galatia 5:26)
Kita tidak boleh menjadi sombong, dan saling menyakiti hati, serta iri hati satu sama lain. (BIS)
Janganlah kita menjadi sombong dan berkata dalam hati kita, "Saya lebih baik dari saudara-saudari seiman yang lain." Janganlah juga berkata langsung, "Saya lebih baik di mata Tuhan daripada kamu!" Dan janganlah kita iri hati dengan berpikir, "Saudara seiman saya itu sudah menjadi lebih hebat dari saya dalam jemaat." (TSI)
Apalagi apabila kita mencari-cari rasa hormat tersebut hanya karena lahir dari rasa kepahitan atau pahit hati lewat pengalaman masa lalu yang mungkin sangat mengecewakan atau tidak mengenakkan. Lalu, kita berupaya menguburnya dengan meraih hal-hal yang terlihat sukses atau berhasil di luar, tetapi sesungguhnya kita kosong serta kering di dalam. Kepahitan yang tidak diatasi ataupun melarikan diri darinya dan tidak mau menghadapinya, akan sia-sia tampilan luar sebaik apa pun yang kita tunjukkan.
Tuhan Yesus sendiri memberi teladan. "Aku tidak memerlukan hormat dari manusia." (Yohanes 5:41)
Aku tidak mengharapkan pujian daripada manusia. (AVB)
I receive not glory from men [I crave no human honor, I look for no mortal fame] (Aku bukan menerima kemuliaan dari manusia—Aku tidak haus rasa hormat manusia, Aku tidak memburu ketenaran). (AMP)
It does not matter to Me whether people praise Me. (DEIBLER)
Seseorang yang dipimpin oleh Roh Kudus pun tidak akan gila hormat, menonjolkan diri ataupun menjadi terlalu kecewa bila gagal mendapatkannya. Namun, mau dipimpin oleh Roh adalah pilihan. William Edwy Vine berkata, "Gila hormat menimbulkan persaingan, yang ditanggapi baik oleh orang yang bersifat lebih kuat, sedangkan yang lebih lemah terdorong untuk iri hati."
Biarlah kiranya Allah sendiri yang akan mengaruniakan rasa hormat kepada kita masing-masing. "Aku menghormati orang-orang yang menghormati Aku, dan Aku memandang rendah orang-orang yang menghina Aku." (1 Sam. 2:30 b)
That means we will not compare ourselves with each other as if one of us were better and another worse. We have far more interesting things to do with our lives. Each of us is an original. (Gal. 5:26, MSG)
(FG)