"Yesus diurapi—Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, datanglah seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan. Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: 'Untuk apa pemborosan ini? Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.' Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: 'Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.'" (Mat. 26:6-11)
Suatu hari, Yesus berada di rumah Simon yang telah sembuh secara mukjizat oleh Yesus—pada zaman dulu sakit kusta dianggap najis, orang yang menderitanya tidak boleh dekat-dekat dengan orang sehat, tiada dapat memasuki ruang ibadat Yahudi, dan mesti tinggal di luar kampung ataupun kota; jadi Simon ini pasti bersyukur sekali dapat menerima-Nya di rumahnya.
Ketika itu pun, datang seorang perempuan, yaitu Maria saudari Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus dari kematian, untuk meminyaki serta mengurapi Yesus dengan minyak sangat mahal harganya—yang konon adalah minyak kental beraroma (nard) diperoleh dari akar tanaman berbunga yang tumbuh di Himalaya, Tibet.
Melihat itu, murid-murid-Nya, terutama sekali mungkin Yudas Iskariot, mengeluhkan hal itu. Seolah-olah, keadaan terbalik yakni Simon sudah sembuh dari kusta penyakit kulit yang sangat mengerikan pada zaman itu, sedangkan kali ini murid-murid-Nyalah yang masih mengalami "penyakit" lebih mengerikan—sakit kusta hati.
Menurut Ps. Philip Mantofa, kusta hati yang dialami murid-murid-Nya waktu itu ialah:
Janganlah sampai kita seperti demikian; Simon yang sakit kusta sudah sembuh, tetapi mereka yang sebenarnya sehat-sehat secara fisik malah mengalami sakit kusta hati.
(FG)