Bagaimana untuk dapat tetap mempercayai Dia saat kita mengalami penderitaan, pergumulan, serta keterpurukan hidup?
Bagaimana supaya kita tetap mempercayai-Nya di tengah keadaan yang biasa-biasa saja maupun terasa datar-datar, tanpa jawaban doa ataupun pertolongan dari orang lain?
Bagaimana agar kita selalu teguh mempercayai Allah serta mempercayakan segala rencana kita kepada-Nya?
"Tetapi Tuhan menjawab, 'Kebaikan hati-Ku sudah cukup bagimu! Karena kuasa-Ku menjadi sangat nyata ketika kamu lemah.' Jadi, jauh lebih baik saya membanggakan kelemahan-kelemahan saya, supaya saya merasakan kuasa Kristus melindungi saya. Oleh karena itu sebagai utusan Kristus saya sudah belajar merasa senang ketika saya mengalami kelemahan, hinaan, kesusahan, penganiayaan atau kesengsaraan. Karena justru waktu saya lemah, saat itulah saya benar-benar mendapat kekuatan" (2 Kor. 12:9-10, TSI)!
Apa pun yang kita alami dapat menjadi alat ataupun saluran berkat apabila kita mau dan rela mengizinkan Dia memakainya. Juga tampaknya terkadang kita memerlukan berada dalam situasi-situasi tertentu agar menyadari kebergantungan kita pada-Nya, sesuatu yang mungkin sudah lama tidak kita lakukan lagi.
Tetaplah berharap pada-Nya, berdoa senantiasa, dan berjuang bersama-Nya.
"Saya mengatakan hal itu bukan karena saya masih merasa kekurangan, karena saya sudah terlatih untuk memuaskan diri dalam segala keadaan. Jadi saya tahu bagaimana memuaskan diri—baik ketika hidup dalam kekurangan maupun dalam kelebihan. Karena saya sudah menemukan rahasia bagaimana caranya bisa merasa puas dalam segala keadaan—baik kenyang maupun lapar, baik kaya maupun miskin" (Filipi 4:11-12, TSI).
"Today I am trusting You to be my good Provider." ~ Chrystal Evans Hurst
(FG)