Ada contoh-contoh orang yang konsisten maupun yang tidak konsisten dalam Alkitab, seperti Daniel yang berdoa setiap hari (Dan. 6:10), Nuh yang tekun membangun bahtera sampai selesai bahkan hewan-hewan untuk masuk bahtera itu, Yusuf yang tetap setia mengasihi Tuhan meski di tengah ujian maupun berkat dalam kehidupan, itulah beberapa contoh orang-orang yang konsisten.
Namun, ada juga contoh tokoh yang tidak konsisten, misalnya Yunus yang diutus Tuhan ke Niniwe dan merasa kesal ketika bangsa itu bertobat, maupun Elia yang sangat berani melawan ratusan nabi Baal tapi kemudian merasa begitu takut terhadap seorang istri dari raja Ahab yaitu Izebel (1 Raj. 19:1-8). Tetapi, hamba-hamba Tuhan yang mungkin masih belum konsisten waktu itu pun dapat menjadi penghiburan bagi kita bahwa sebagai manusia biasa, mereka dapat merasa seperti itu, maka kita pun tidak sendirian dan masih ada harapan bagi kita untuk berubah menjadi orang-orang yang memiliki konsistensi.
Ada tiga hal tentang menjadi konsisten yang perlu kita pertimbangkan, apakah telah ada dalam hidup kita:
• Konsisten mengasihi Tuhan (konsistensi secara rohani). Jangan kita sehari mengasihi Dia, sehari tidak mengasihi Dia. Kasihilah Dia setiap hari, baik waktu diberkati maupun ketika mengalami pergumulan berat. Tetaplah mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatan kita.
• Konsisten mengerjakan tugas (konsistensi secara profesi). Sering kali mungkin kita melompat-lompat dalam mengerjakan sesuatu. Yang satu belum selesai, mulai mencoba melakukan yang lain. Selesaikanlah apa yang sebaiknya mesti kita kerjakan sampai selesai. Apa yang perlu kita lakukan apabila perlu melakukan adaptasi? Konsistenlah dalam prinsip ataupun hal-hal yang esensi, dan beradaptasilah dalam cara-cara ataupun situasi yang ada.
• Konsisten mengasihi keluarga (konsistensi dalam keluarga). Mezbah doa keluarga, mendidik anak, suami-istri yang saling mengasihi, kasih persaudaraan dan kerukunan—apakah kita masih konsisten melakukannya dalam keluarga kita?
Konsistensi adalah pilihan. Setiap hari. Teruslah konsisten melakukan apa yang baik, daripada terus-menerus "konsisten" melakukan apa yang tidak baik. Lagipula, bukankah Tuhan kita pun adalah Tuhan yang konsisten.
"Saya yakin bahwa Allah, yang telah memulai pekerjaan yang baik di dalam Saudara, akan terus menolong Saudara tumbuh di dalam kasih karunia-Nya, sampai pekerjaan-Nya itu selesai pada hari Yesus Kristus datang lagi" (Filipi 1:6, FAYH).
"Dan saya yakin bahwa Allah yang sudah memulai pekerjaan rohani yang indah ini di dalam diri kalian masing-masing, akan meneruskannya sampai menjadi sempurna pada hari Kristus Yesus datang kembali" (TSI).
"Ingatlah akan pemimpin-pemimpin yang telah mengajarkan Firman Allah kepada Saudara. Renungkanlah segala kebaikan yang telah dihasilkan oleh hidup mereka, dan usahakanlah untuk beriman kepada Tuhan seperti mereka. Yesus Kristus tetap sama, kemarin, sekarang, dan selama-lamanya" (Ibrani 13:7-8, FAYH).
"Ingatlah para pemimpin kita yang menyampaikan Firman Allah kepada kita dan yang sudah mendahului kita ke surga. Renungkanlah cara hidup mereka yang baik dan tirulah keyakinan mereka. Kristus Yesus tidak pernah berubah—dari dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya" (TSI).
(FG)