"Berita tentang Samuel tersebar ke seluruh Israel. Eli sudah sangat tua. Anak-anaknya melakukan kejahatan di hadapan Tuhan. Pada waktu itu bangsa Israel keluar untuk berperang melawan bangsa Filistin. Orang Israel berkemah di Eben-Haezer, sedangkan orang Filistin di Afek" (1 Sam. 4:1).
Untuk ayat 1 ini, terjemahan Yunani memiliki keterangan: Eli sangat lanjut umurnya dan anak-anaknya berkanjang (berkeras hati, tekun tidak jemu-jemunya) dalam kejahatan mereka terhadap Tuhan.
"Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel: 'Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita'" (ayat 3).
Matthew Henry menyadarkan, "The foolishness of man perverts his way, and then his heart frets against the Lord and finds fault with him. They supposed that they could oblige God to appear for them, by bringing the ark into their camp. Those who have gone back in the life of religion, sometimes discover great fondness for the outward observances of it, as if those would save them; and as if the ark, God's throne, in the camp, would bring them to heaven, though the world and the flesh are on the throne in the heart."
Yang ditekankan di sini adalah kadang kedegilan hati manusia membuat jalan hidupnya melenceng, lalu bahkan menentang Tuhan ataupun melawan kehendak-Nya. Dengan menganggap meski setelah berbuat ataupun masih dalam dosa, mereka dapat mengharap pertolongan Allah.
Padahal tabut itu sendiri merupakan bukti kehadiran Allah. Tetapi sering kali mungkin terlebih banyak orang yang bukannya menginginkan hadirat-Nya (presence), melainkan lebih pada apa yang bisa Ia berikan atau lakukan bagi kita (presents).
Kiranya kehadiran, kemuliaan dan firman Tuhan jangan sampai hilang dari hidup kita. Sebab jika kadang muncul, kadang tidak, itu namanya bukan a holy faith atau iman yang sejati, melainkan a seasonal faith atau iman yang musiman.
Pdt. Ir. Niko Njotorahardjo pernah mengungkapkan:
• Penderitaan lainnya tidak ada artinya dibanding merasa ditinggalkan Bapa
• Kalau saya tidak dapat merasakan hadirat Tuhan, itu adalah hal yang paling berat dalam hidup saya
• Kita setiap hari mesti menjaga langkah-langkah hidup kita supaya dapat terus merasakan hadirat-Nya
• Kalau ada dosa, harus cepat diselesaikan supaya kita terus merasakan hadirat Tuhan. Tinggalkan dosa
• Kalau kita sudah tidak merasakan lagi hadirat-Nya dan menganggapnya biasa, bertobatlah!
• Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi kita, selain berada di hadapan Tuhan. "Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa" (Mzm. 16:11). "Aku rindu kepada keselamatan dari pada-Mu, ya TUHAN, dan Taurat-Mu menjadi kesukaanku" (Mzm. 119:174).
"If God go, the glory goes, and all good goes. Woe unto us if He depart!" ~ Matthew Henry
(FG)