Sering kita mungkin mendengar peringatan ini, berjaga-jagalah.
Itulah… yang tidak dilakukan sehingga terjadi penyerangan oleh pihak pasukan Jepang pada 7 Desember 1941 ketika membombardir kapal-kapal perang Amerika di Pearl Harbor karena kurangnya kewaspadaan mereka. Tidak berjaga-jaga.
Bagaimana dengan kita?
Apakah kita juga sering menyepelekan, merasa aman-aman saja, tidak peduli, apalagi di tengah situasi seperti saat-saat ini?
Kemalasan, kenyamanan yang berlebihan, memilih untuk tidak mengerjakan tanggung jawab, terutama dalam hal menjaga iman kerohanian kita, maka kemerosotan ataupun kehancuran sedang mengancam di depan mata.
"Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 Pet. 5:8).
"Hati-hati! Waspadalah terhadap serangan Iblis, musuh yang besar itu. Ia berkeliaran seperti seekor singa lapar yang mengaum-aum mencari mangsa yang akan dirobek-robeknya" (versi FAYH).
Mari kita mengingat juga,
"SEBAIKNYA kauketahui juga, Timotius, bahwa pada masa-masa akhir orang Kristen akan menghadapi banyak kesukaran. Sebab orang hanya akan mencintai uang serta dirinya sendiri; mereka angkuh dan membanggakan diri, mengejek Allah, melawan orang tua dan tidak tahu berterima kasih kepada mereka, dan benar-benar jahat. Mereka akan keras hati dan tidak pernah mau mengalah kepada orang lain; mereka terus-menerus berdusta dan berbuat onar, dan kebejatan moral bagi mereka menjadi soal biasa. Mereka akan bersifat kasar dan kejam, dan mengejek orang-orang yang berusaha berbuat baik" (1 Tim. 3:1-3, FAYH).
(FG)