Ada pembatasan waktu yang telah ditentukan oleh Tuhan.
"Keesokan harinya, ketika Musa masuk ke dalam Kemah TUHAN, ia melihat bahwa tongkat Harun, yaitu tongkat suku Lewi, sudah bertunas. Tongkat itu berkuntum, berbunga dan menghasilkan buah ketapang yang sudah tua" (Bil. 17:8, BIS)!
Menurut The Treasury of Scripture Knowledge (TSK), kata 'keesokan harinya' menandakan pembatasan waktu & menyatakan apa yang terjadi merupakan mukjizat Tuhan. Sebab bisa saja Musa pada malam harinya mengambil tongkat Harun & menggabungkan ranting atau cabang pohon yang hidup padanya. Padahal tongkat kering tidak mungkin bisa bertunas, mekar & berbuah dalam semalam. Tongkat berada di dalam pun menyatakan, tidak ada yang bisa mengutak-utik, selain kuasa Allah sendiri yang mampu mengubah. Dan hasilnya tampak esok harinya.
Zaman dulu pun jika sebuah tongkat pemimpin dapat menunjukkan tanda-tanda kehidupan, itu dianggap sangat mustahil oleh para nenek moyang. Mereka juga harus sambil memegang tongkat itu saat bersumpah. Jadi, peristiwa tongkat Harun berbunga pastilah mukjizat, bukan dibuat-buat.
Terkait pembatas waktu juga, ada waktunya untuk lahir, ada waktunya untuk kita akhirnya meninggalkan dunia ini. Yang penting, kita sudah memberi yang terbaik selama hidup dan kontribusi bagi orang-orang di sekitar. Jangan sampai kita kehilangan kesempatan untuk berbuat baik dan berpengaruh positif karena kita menyia-nyiakan waktu yang ada.
"Ada waktu untuk dilahirkan; Ada waktu untuk mati; Ada waktu untuk menanam; Ada waktu untuk menuai" (Pengkh. 3:2, FAYH).
"Segala sesuatu di dunia ini terjadi pada waktu yang ditentukan oleh Allah" (Pengkh. 3:1, BIS).
"Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga" (Mat. 16:21).
(FG)