Seperti halnya seorang anak kecil dengan orangtuanya boleh-boleh saja bersikap jujur, apa adanya, demikian kita juga sebenarnya terhadap Tuhan, Allah Bapa kita.
Bukan berarti kurang sikap menghormati Dia, melainkan oleh karena Ia pun mengetahui isi hati, kita pun dapat terbuka secara jujur kepada Allah.
Tidak menutup-nutupi sesuatu kepada-Nya, ungkapkan perasaan dan hati kita pada-Nya melalui tangisan, seruan doa maupun hati kita. Kita belajar sejenak dari Asaf yang jujur, terbuka, serta apa adanya kepada Allah.
"Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Asaf. Aku mau berseru-seru dengan nyaring kepada Allah, dengan nyaring kepada Allah, supaya Ia mendengarkan aku. Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam-malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu, jiwaku enggan dihiburkan. Apabila aku mengingat Allah, maka aku mengerang, apabila aku merenung, makin lemah lesulah semangatku. SelaEngkau membuat mataku tetap terbuka; aku gelisah, sehingga tidak dapat berkata-kata. 'Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi? Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia-Nya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun? Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya?' SelaMaka kataku: 'Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah.'" (Mazmur 77:1-4, 7-10)