Setia melambangkan ketekunan. Secara tidak langsung, kita bisa menyatakan bahwa Allah yang kita sembah di dalam nama Yesus, adalah Allah yang tekun.
Ia setia (tekun) menanti kita berbalik dari jalan kita yang jahat kepada jalan kebenaran, terang dan hidup yang hanya ada di dalam Dia.
Ia setia (tekun) menanti kita memahami pribadi-Nya dan mengasihi Dia dengan tulus. Sering kali kita manusia, menyalahartikan sikap atau keputusan Tuhan dalam hidup kita ataupun dari segala yang kita lihat di sekeliling kita. Namun, Ia tidak langsung marah, menyerah ataupun menghapus nama kita dalam hati-Nya. Ia tekun menyatakan diri-Nya hingga kita semua mencapai pengenalan yang benar tentang Dia.
Jadi, kita pun terhadap semua hal yang baik, tekunlah. Setialah!
Kenapa? Karena kita diciptakan menurut gambar (karakter) dan rupa-Nya. Suka tidak suka, Ia akan terus melatih kita sampai bisa tekun seperti Dia. Bagai induk rajawali melatih anak-anaknya terbang sampai bisa, begitulah Bapa surgawi melatih kita memiliki karakter-karakter-Nya dalam hidup kita di dunia, dan buah ketekunan itu akan kita rasakan di bumi, menjadi berkat bagi keluarga, pribadi, banyak orang, dan negara.
"Allah sendiri yang memulai pekerjaan yang baik itu padamu, dan saya yakin Ia akan meneruskan pekerjaan itu sampai selesai pada Hari Kristus Yesus datang kembali." (Flp. 1:6, BIS)