Seorang pengarang, Mark Twain pernah mengatakan, "The two most important days in your life are the day you are born and the day you find out why," atau dua dari hari-hari terpenting dalam hidup kita adalah saat kita dilahirkan ke dunia dan ketika kita akhirnya mengetahui tujuan hidup kita ini.
Apa tujuan hidup kita?
Apakah hanya untuk meraih sukses? Jika ya, sukses yang seperti apa dan definisi sukses yang seperti apa?
Sebagian besar orang pasti menginginkan yang terbaik di dalam dirinya, entah itu di sekolah, di pekerjaan, rumah, hal apa pun itu, ingin mendapatkan yang namanya Happy Ending atau akhir yang bahagia. Dengan usaha apa pun dan berbagai cara. Tetapi, usaha sekeras apa pun, tidak semuanya bisa berjalan semulus jalan tol. (Jalan tol saja macet.)
Kita butuh campur tangan TUHAN. Tuhan pun tidak langsung memberikan semua itu tanpa kerja keras dari kita. Kita harus melewati jalan yang berlubang, berbatu, bahkan sesekali Dia mengizinkan kita gagal. Tetapi bukan berarti Tuhan tidak sayang pada kita, melainkanlebih pada hanya pengen melihat bagaimana kita bisa hidup di dalam Dia, sesuai keinginan-Nya tanpa bersungut-sungut.
Tuhan bisa saja langsung memberi apa yang kita minta, tapi dengan begitu kita menjadi manja dan enggan bekerja keras.
Tempatkan Tuhan juga di urutan yang pertama dalam segalanya. Dia pasti tahu kapan Dia harus bekerja dan menjawab apa yang kita minta. Bahkan tahukah Anda bahwa salah satu arti dari Jehova Jireh, selain Tuhan menyediakan, adalah Tuhan melihat, memperhatikan (God sees).
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Mat. 6:33)
"Lalu Ia berfirman: 'Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.' Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. Dan Abraham menamai tempat itu: 'TUHAN menyediakan'; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: 'Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.'" (Kej. 22:12-14)
Mungkin kita sedang gagal mencapai apa yang kita ingikan, ataupun terjatuh dalam jurang yang dalam, bahkan tidak bisa lepas dari hal-hal yang sudah begitu lama mengikat kita (walaupun kita tahu itu salah). Kita juga sudah mencoba berbagai hal yang ujung-ujungnya berakhir pada hal yang sama, yaitu kegagalan. Ada rasa takut yang menyelimuti. Takut salah melangkah, takut gagal, bahkan takut mencoba hal baru.
Tetapi kita tidak perlu takut, tidak perlu cemas, tidak perlu lari dari Tuhan. Tuhan selalu menepati janji-Nya, "Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan kita, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar" (Yes. 59:1). Asalkan kita bisa hidup di dalam Tuhan, maka Tuhan pun akan tinggal di dalam kita (Yohanes 15:7).
Kalau Dia sudah tinggal, bahkan hidup di dalam diri kita, anggap saja semua kegagalan, keburukan ataupun hal-hal yang membuat kita terluka, semuanya itu proses untuk semakin dekat dengan Tuhan.
"Tinggallah di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yoh. 15:4)