Pada awal 1900-an, sebuah gereja kecil di Swedia mengutus sepasang suami-istri, David dan Svea, sebagai misionaris ke negara Zaire, Afrika, dan memulai pelayanan mereka di sana. Selama tahun-tahun pertama, sepertinya pelayanan mereka tidak membuahkan hasil, namun sang istri Svea tetap tekun memberitakan tentang Yesus kepada siapa pun yang mau mendengarkan, termasuk seorang anak kecil yang selalu mengantarkan telur pesanan kedua misionaris tersebut ke tempat tinggal mereka.
Singkat cerita, Svea meninggal dunia setelah melahirkan putri, bernama Aina pada 13 April 1923, dan David sangat terpukul atas kepergian istrinya. Oleh karena tak kuat menanggung rasa kehilangan dan kekecewaan, ia "menitipkan" putri semata wayangnya itu kepada sepasang suami-istri misionaris lain, lalu kembali ke Swedia.
Aina bertumbuh dewasa hingga akhirnya tinggal di Amerika, dan mengambil studi teologi, hingga menikah. Pada anniversary pernikahan perak (yang ke-25 tahun), mereka menerima berkat untuk berwisata ke Swedia, bahkan Aina berharap masih dapat bersua dengan ayah kandungnya yang telah menitipkannya, bertahun-tahun yang lalu. Puji Tuhan, mereka dapat bertemu dan terjadi pemulihan hati, terutama ayahnya yang sesungguhnya tidak berniat meninggalkan.
Singkat cerita, setelah kembali ke Amerika, Aina beserta suami menghadiri sebuah konferesi di London, Inggris, dengan pembicara salah satunya Ps. Ruhigita Ndagora yang ternyata berasal dari Zaire, tanah kelahiran Aina juga. Bahkan, beliau juga dulu bertempat tinggal di daerah orangtua Aina menetap ketika menjadi misionaris di sana. Selesai acara, Aina pun bertanya kepada beliau apakah mengenal tentang David dan Svea, beliau menjawab, "Setiap hari saya pergi ke rumah Svea untuk mengantarkan telur, dan Svea selalu menceritakan tentang Yesus. Saya tidak tahu apakah ada orang lain yang mau percaya kepada Yesus, selain saya waktu itu. Dan sebelum Svea meninggal dunia, dia melahirkan seorang bayi bernama Aina, saya sungguh ingin tahu apa yang terjadi dengannya."
Ketika Aina memperkenalkan diri, mereka berdua mulai menangis. Ps. Ruhigita merasa sebagai saudara kandung bagi Aina, beliau pun sangat-sangat bersyukur karena pelayanan ibundanya, Svea serta David, sehingga beliau dapat bertobat dan percaya pada Tuhan Yesus.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita mudah menyerah setelah merasa pelayanan kita, atau apa pun yang kita kerjakan tidaklah membuahkan hasil?
Janganlah mudah menyerah ataupun kecewa. Yakini, percaya, alamilah janji firman Tuhan dalam hidup kita, bahwa apa pun yang kita kerjakan bagi dan bersama Tuhan, tidak akan pernah sia-sia. Pasti ada hasilnya. Sekecil atau sebesar apa pun itu, kita tidak akan pernah tahu.
1 Korintus 15:58 (TSI), "Oleh karena itu, Saudara-saudari yang saya kasihi, bertahanlah! Jangan biarkan apa pun menggoyahkan keyakinanmu! Berikanlah dirimu sepenuhnya untuk pekerjaan pelayanan Tuhan Yesus, karena kita tahu bahwa dengan pimpinan Tuhan, apa pun yang kita kerjakan tidak akan pernah sia-sia."
Oleh sebab itu, Saudara-saudara yang tercinta, kalian harus tetap percaya kepada Yesus dan jangan ragu-ragu. Bekerjalah terus dengan rajin untuk Tuhan. Sebab, kalian tahu bahwa semua yang kalian lakukan untuk Tuhan selalu berguna. (BSD)
Therefore, my beloved brethren, be firm (steadfast), immovable, always abounding in the work of the Lord [always being superior, excelling, doing more than enough in the service of the Lord], knowing and being continually aware that your labor in the Lord is not futile [it is never wasted or to no purpose]. (AMP)
Matius 26:13 (BIS), "Percayalah! Di seluruh dunia, di mana saja Kabar Baik dari Allah disiarkan, perbuatan wanita ini akan diceritakan juga sebagai kenangan kepadanya."
The Good News will be told to people all over the world. And I can assure you that everywhere the Good News is told, the story of what this woman did will also be told, and people will remember her. (ERV)
You can be sure that wherever in the whole world the Message is preached, what she has just done is going to be remembered and admired. (MSG)
~ FG