Suatu hari, seorang ibu terlihat sedang bercakap-cakap dengan seorang ibu lainnya yang berjualan di sebuah pasar. Setelah sesaat berbincang, sang ibu pembeli bertanya, "Memang suaminya, dan anaknya, kerja di mana, Bu?"
Sang ibu-ibu penjual berkata dengan nada agak berbangga, "Oh, suami saya bekerja di kantor pemerintahan, kalau anak saya sih kerjanya di kantor kejaksaan."
"Wah, luar biasa, ya Bu," timpal si ibu tadi sambil bertanya lagi, "Tapi, kalau keluarganya sudah kerja bagus seperti itu, kenapa kok Ibu masih mau berdagang di tempat seperti ini?"
"Ya bagaimana lagi, Bu," pungkasnya, "suami saya kan juga berjualan di kantor pemerintahan, anak saya juga jualannya di kantor kejaksaan."
Tidak ada yang salah dengan bekerja di pasar ataupun memiliki usaha perdagangan. Tetapi, terrkadang kita melihat orang lain hanya dari sebagian hal yang kita ketahui, atau secara sepotong-sepotong. Tanpa mengetahui keseluruhan tentangnya, sehingga mungkin kita menjadi iri hati, ataupun mudah menghakimi serta menilai mereka. Padahal, belum tentu apa yang terlihat di depan mata sungguh-sungguh seperti itu, atau benar-benar menggambarkan apa yang mungkin tidak kelihatan oleh kita atau yang ada di belakangnya dan latar belakang hidupnya. Kita juga tidak pernah mengalami dan berada di posisinya.
Jadi, marilah belajar untuk tidak terlalu cepat menilai ataupun menghakimi.
Dan apabila kita menjadi pihak yang mengalami penilaian atau penghakiman dari orang lain yang tidak sesuai kebenarannya, berharaplah dan bersandar hanya kepada Allah untuk menolong, membela, dan mengangkat kita pada waktunya.
Lukas 6:42, "Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
"Jangan menyalahkan orang lain karena kesalahan kecil. Kalau kamu melakukan itu, kamu seolah melihat kuman di seberang lautan, tetapi gajah di pelupuk matamu tidak kamu lihat. Dengan sombong kamu ingin memperbaiki kesalahan kecil orang lain tanpa menyadari kesalahanmu sendiri yang lebih besar. Hai orang munafik! Bereskanlah dahulu kesalahanmu sendiri, sesudah itu barulah kamu bisa melihat dengan jelas dan memperbaiki kesalahan saudaramu." (TSI)
Do you have the nerve to say, 'Let me wash your face for you,' when your own face is distorted by contempt? It's this I-know-better-than-you mentality again, playing a holier-than-thou part instead of just living your own part. Wipe that ugly sneer off your own face and you might be fit to offer a washcloth to your neighbor. (MSG)
Hidupku ada di tangan-Mu
Kau b'ri rancangan yang terindah
Tak hanya yang baik saja yang kuterima
Walau tubuhku diremukkan
Walau jiwaku terkoyakkan
Pujianku takkan terhentikan
Roh-Mu yang memb'ri penghiburan
Akan kupikul salibku
Cukuplah kasih setia-Mu
Kubertahan, Kau kuatku
Teguhkan imanku
Kumau tetap bersyukur
Senantiasa bersyukur
S'gala yang kualami
Biar kehendak-Mu terjadi
Kumau tetap bersyukur
Senantiasa bersyukur
Hatiku 'kan bersuka
S'bab hari ini hari yang terbaik
~ LOJ x HSM Worship
~ FG