Terkadang, mungkin salah satu arti lain dari tidak menghakimi ataupun terlalu menilai kehidupan orang lain ialah untuk tidak mencoba ikut campur atau mengurusi—istilah modernnya sekarang "kepo" (menurut KBBI: rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain)—terhadap perkara maupun pergumulan mereka.
Lagipula, belum tentu kita punya solusi ataupun dapat memberikan jalan keluar yang pasti bagi mereka, bukan? Dan kita tidak akan pernah benar-benar tahu keadaan yang sebenarnya sampai kita sendiri yang berada di posisi mereka.
Adalah lebih baik bagi kita untuk fokus dalam mengerjakan apa pun yang sedang menjadi kewajiban kita. Dan kadang, hal terbaik yang dapat kita lakukan ialah tetap mendoakan sampai Tuhan sendiri yang menjamah, mengubahkan, serta memulihkan kehidupan mereka.
Hari ini, anggaplah sebagai teguran bagi diri kita masing-masing, yaitu belajar untuk berusaha hidup tenang, tidak terlalu mencampuri urusan orang lain perlu tak perlu selain mendoakan mereka, serta mengerjakan saja apa yang selayaknya kita kerjakan.
1 Tesalonika 4:11 (KSKK), "Perhatikanlah, betapa pentingnya hidup tenang tanpa mengganggu orang lain, memperhatikan urusan sendiri, dan bekerja dengan tangan sendiri, seperti yang telah kami sampaikan kepadamu."
Yang harus menjadi cita-cita Saudara ialah hidup tenang, mengurus persoalan-persoalan sendiri, dan mengerjakan pekerjaan sendiri, seperti dahulu sudah kami katakan kepada Saudara. (FAYH)
Stay calm; mind your own business; do your own job. You've heard all this from us before, but a reminder never hurts. (MSG)
Matthew Henry menyatakan, "Memiliki sifat yang tenang dan damai serta perilaku yang tenteram dan mendatangkan kedamaian merupakan suatu hal yang paling didambakan. Orang-orang Kristen memang harus belajar untuk hidup tenang. Kita harus berusaha keras untuk menjadi tenang dan damai dalam pikiran kita, bersabar mengendalikan jiwa kita, dan bersikap tenang terhadap orang lain.
"Orang-orang yang suka ikut campur, mengurusi urusan orang lain, biasanya tidak memiliki ketenangan dalam pikiran mereka sendiri dan sangat meresahkan sesamanya. Orang-orang demikian setidaknya jarang mengindahkan nasihat orang lain, supaya bergiat dalam panggilan mereka, untuk bekerja dengan tangan mereka. Akan tetapi, inilah yang diperintahkan Rasul Paulus kepada mereka, dan juga yang harus kita lakukan. Kekristenan tidaklah membebaskan kita dari pekerjaan dan tugas panggilan khusus kita, melainkan mengajari kita supaya bergiat di dalamnya."
~ FG